Kamis, 21 Juni 2012

Serial Dakwah,Prinsip dan Strateginya

Taushiyah Vol V Edisi 55

  1.Bil Hikmah

Islam adalah agama dakwah.Prinsip dan strategi berdakwah,sebagaimana perintah Alloh swt kepada Rosululloh,adalah bil hikmah,al mau’idzoh al hasanah,dan mujadalah billati hiya ahsan.Mengingat pentingnya pengetahuan ini,khususnya bagi para da’I,maka ketiga prinsip dan strategi ini akan kita kaji secara berseri,insyaAlloh.Kita mulai dari prinsip dan strategi yang pertama,bil hikmah.Berangkat dari firman Alloh swt;

Serulah kepada jalan Tuhanmu bil hikmah,mau’idzoh hasanah,dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik (mujadalah billati hiya ahsan).Sesungguhnya Tuhanmu,Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS.An Nahl: 125)
Hikmah di Indonesia umunnya diartikan “kebijaksanaan” disamping kepandaian,kesaktian dan magi (perdukunan).Dengan arti kebijaksanaan ini mengesankan,hikmah erat kaitannya dengan filsafat,yang dasar dari filsafat adalah kebebasan berfikir.Kesannya kemudian,hikmah merupakan produk pemikiran dan perasaan manusia yang bias.Kita lihat arti kata “hikmat kebijaksanaan” dalam salah satu sila di Pancasila.Orang menafsirkan bermacam-macam,secara bebas,bias,sesuai dengan pemikiran dan perasaan sendiri-sendiri.Akhirnya kata “hikmat kebijaksaan” itu menjadi rancu.
Terlepas bahwa setiap disiplin ilmu memiliki pengertian tersendiri terhadap sebuah istilah,kata hikmah agaknya perlu diartikan secara tepat,dengan istidlal yang kuat,setidak-tidaknya dalam perspektif dakwah,karena menyangkut aktifitas “menyeru kepada jalan Tuhan”.
Definisi Hikmah
Al-Imam Al-Allamah Abdul Hamid bin Muhammad bin Badis Shonhaji  (1307-1359) berkata:

اَلْحِكْمَةُ هِيَ الْعِلْمُ الصَّحِيْحُ الثَّا بِتُ الْمُثْمِرُ لِلْعَمَلِ الْمُتْقِنُ الْمَبْنِىّ عَلَى ذَلِكَ الْعِلْمِ
Hikmah adalah ilmu (pengetahuan) yang shahih (valid) dan kokoh (tidak luntur),yang membuahkan perbuatan meyakinkan yang didasarkan pada ilmu tersebut. (Tafsir Ibnu Badis Fi Majalis At Tadzkir min Kalam Al Hakim Al Khobir,As Shonhaji,hal; 320)

Hikmah dengan definisi ini berarti mencakup: Pertama,Al Aqoid Al Haqqoh (akidah-akidah yang benar) dan al haqiqot al ilmiyah (realitas keilmuan) yang kokoh dan mendalam yang menampakkan pengaruh pada ucapan dan perbuatan.
Kedua,al a’mal al mustaqimah (perbuatan-perbuatan yang dilakukan secara istiqomah) dan al kalimat at thoyyibah (untaian kalimat-kalimat yang bagus) yang menjadi buah dari aqidah yang benar.Ketiga,al akhlak al karimah (akhlak-akhlak yang mulia).Keempat,keterangan dann penjelasan yang komplit,lugas,dan simple tentang poin-poin tersebut (al aqoid al haqqoh,al haqiqot al ilmiyah,al a’mal al mustaqimah,al kalimat ath thoyyibah,dan al akhlak al karimah).Dalam hal ini Al Quran dan Al Hadits yang memuat berbagai penjelasan hal-hal tersebut secara komplit,logis,dan simple termasuk hikmah.Begitu pula isi kandungan Al Quran dan Al Hadits seluruhnya merupakan hikmah yang diajarkan kepada orang-orang yang beriman.

Dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah (QS Ali Imron: 164)

Istidlal
Dari mana istidlal definisi tersebut? Pertama,Surat Al Isro’ ayat 22-39 (18 ayat) menyebut secara lengkap akidah yang benar,realitas keilmuan yang kokoh dan mendalam,perbuatan yang istiqomah (lurus dan langgeng),untaian kalimat yang bagus,dan akhlak yang mulia.Dan sendi-sendi hidayah ini disebut Alloh dengan sebutan Hikmah,seperti dalam firmanNya:

Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu.(QS Al- Isro’ 39)

Kedua,di dalam Hadits,Rosululloh bersabda:

اِنّ مِنَ الشِّعْرِ حِكْمَةً  -  رواه البخارى وابوداود والترمذى وابن ماجه
Sesungguhnya ada hikmah diantara sya’ir. (HR Bukhori,Abu Dawud,Tirmidzi,dan Ibnu Majah)
Makna Hadits ini,dari sekian syair terdapat syair yang menerangkan aqidah yang benar,pekerti luhur,perbuatan mulia,maupun menerangkan ilmu dan eksperimen,seperti syair Umayyah bin Abi Ash Shalt (beliau menyebut hampir saja dia masuk Islam dengan kandungan sya’irnya) dan syair Labid bin Robiah,yang disebut beliau sebagai gubahan syair era jahiliyah paling jujur.Syair Labid bin Robiah itu berbunyi:

اَلَا كُلُّ شَيْئٍ مَاخَلَا اللهَ بَاطِلُ   وَكُلُّ نَعِيْمٍ لَا مَحَالَةَ زَائِلُ
Ingatlah,segala sesuatu selain Alloh itu batil.Dan setiap kenikmatan pasti lenyap.

Himbauan dan Seruan
QS An Nahl: 125 tersebut di muka menyeru kita dalam berdakwah hendaknya bil hikmah (dengan hikmah).Maka ketika berdakwah,kapan dan di mana saja,hikmah dengan definisi di atas hendaknya diiltizami dengan segenap upaya.Yakni memahami,meyakini dan mengerti ajaran agama,dan disaat yang sama bersemangat dan beristiqomah didalam melaksanakannya.
Realitas yang ada saat ini,kala berdakwah justru banyak praktek-praktek yang bertentangan dengan prinsip dan strategi bil hikmah itu.Misalnya mencampuradukkan keyakinan (dakwah dengan dangdut,umpamanya).Menampilkan wacana keilmuan (materi dakwah) yang sumbernya tidak jelas,seperti mengambil cerita dari hadis-hadis palsu.Ceramah namun enggan mengamalkan.Mengamalkan tapi tidak istiqomah,tambal sulam (gejala futur) dsb.
Maka,suatu keharusan bagi para da’I menyingkirkan dan mengadakan perlawanan terhadap kebodohan,kedangkalan,kemandegan,keengganan dan kekendoran dalam dirinya,denganselalu berpegang teguh pada hakikat keilmuan beserta dalil,akidah dengan bukti,seraya mengasah pekerti yang luhur,dan perilaku yang bagus.Kaum muslimin insyaAlloh akan mampu memperbarui hidupnya secara terus-menerus,dengan dakwah-dakwah yang bil hikmah ini.
Wallohu A’lam
11 Maret 2001

0 komentar:

Posting Komentar