Sabtu, 29 September 2012

Bagaikan Satu Tubuh


 
 Rosululloh saw bersabda:

لَا يُؤْ مِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ  -  رواه البخارى و مسلم
Tidak beriman salah seorang dari kalian sehingga cintanya kepada saudaranya bagaikan cintanya pada dirinya sendiri.(Muttafaq ‘Alaih)

Seorang muslim seyogyanya mencintai saudara muslimnya seperti  ia mencintai dirinya sendiri.Merealisasikan hadis tersebut secara tersurat terasa berat sekali (ash sho’bul mumtani’),seolah-olah tak sanggup.Hal ini dikarenakan sifat egoisme individu selalu dominan,bahkan dibakar oleh masyarakat dan media-media elektronik.Tak heran apabila kehidupan sesama muslim masih seperti kehidupan orang-orang dalam kereta.Mereka seolah-olah berjalan dalam satu gerakan,namun setelah kereta berhenti masing-masing menetukan nasibnya sendiri-sendiri.Kadang-kadang mereka saling sikat,saling copet dan lainnya.
Walau demikian,seorang muslim harus menerapkan hadis di atas.Penerapannya dengan mengikuti makna hadis sebagai berikut:
1. Makna dari lafadz “Laa Yu’minu” adalah meniadakan kamalul iman (kesempurnaan Iman),bukan nafyul iman (meniadakan iman) sama sekali.
2.  Adanya riwayat dari Imam An Nasa’i yang menyebutkan “Minal Khoir” sebagai tambahan “Maa yuhibbu li nafsihi”.Dengan riwayat itu realisasi hadis tersebut terasa lebih mudah,lebih-lebih bagi yang berhati salim,sebab dimensi al khoir (kebaikan) sangat luas dan tidak terbatas serta bisa dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi.Karena itu Alloh Subhanahu Wata’aala berfirman:
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS Al Baqoroh: 148)