Rabu, 16 Mei 2012

Manfaat Ketaatan dan Bahaya Kemaksiatan bagi Allah


[سبحان من لا تنفعه الطاعة ولا تضره المعصية]
عن أبي ذر الغفاري ضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه أنه قال (...يَا عِبَادِيْ لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّـكُمْ كَانُوْا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِيْ شَيْـئًا , يَا عِبَادِيْ لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّـكُمْ كَانُوْا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِيْ شَيْئًا ...) رواه مسلم , انظر حديث الأربعين للنووي رقم 24 .

وعليه فإن العبادة التي خلق الإنسان لأجلها مقياس يعرف به شكره وكفره , قال تعالى : [ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ لِيَبْلُوَنِيْ أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرْ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ ] النحل : 40 . وصلة بينه وبين ربه للتقرب إليه رمزا للطاعة ووسيلة لحبه قال صلى الله عليه وسلم : ( ...وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْـتُهُ عَلَيْهِ وَلاَ يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّـهُ ...) رواه البخاري .
قال النووى رحمه الله : والمحبة من الله لعبده إرادة الخير له فإذا أحب عبده شغله بذكره وحفظه من الشيطان واستعمل أعضاءه فى الطاعة وحب الخير ولذلك حفظ بصره عن المحارم فلا ينظر إلى ما لا يحل له وصار نظره نظر فكر واعتبار فلا يرى شيئا من المصنوعات إلا استدل به على خالقه وقال علي رضي الله عنه : " مارأيت شيئا إلا ورأيت الله قبله ". ومعنى الإعتبار العبور بالفكر فى المخلوقات إلى قدرة الخلق فيسبح ويحمد ويهلل ويقدس ويعظم وتصير حركاته وتصرفاته كلها لله تعالى ولا يمشي فيما لا يعنيه ولا يفعل بيده شيئا عبثا بل تكون حركاته وسكناته لله تعالى فيثاب على ذلك فى سائر أفعاله ولا يحقر من المعروف شيئا لأن همه إبتغاء مرضاة الله  وما عليه إلا أن يقبل فيه راغبا ومخلصا وصادقا فإن مدار القبول على الصدق مع الله الذي يعظم معه الصغير ويكثر به القليل ويسبق به المتأخر [ ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَي بِهِ عَلِيْمًا ] النساء : 70 , لا مرضاة الناس بل قد يضطر أحيانا إلى إغضاب الناس في سبيل مرضاة الله لقوله صلى الله عليه وسلم : ( مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللهُ مَؤُوْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللهِ بِسَخَطِ اللهِ وَكَّلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ ) رواه الترمذي والقضاعي وابن عساكر بسند حسن .
ولا يغتر بعمله  وفقا لهتافه :  " أَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَالْجِدِّ مِنْكَ الْجِدُّ " بكسر الجيم اي الجد فى العبادة . بل يرجو فضله ورحمته ويفرح بذلك قال الله تعالى : [ قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ ] يونس : 58 .
أللهم إني أسألك فعل الخيرات وترك المنكرات وحب المساكين
 وأن تغفر لي وترحمني وأسألك حبك وحب من يحبك
وحب عمل يقربني إلى قربك آمين .
والله يتولى الجميع برعايته



Manfaat Ketaatan dan Bahaya Kemaksiatan bagi Allah

Dari Abu Dzarr al Ghiffari ra dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa Allah Azza wajalla  berfirman: [ Wahai para hambaKu, andai seluruh orang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin kalian menjadi  seperti paling bertaqwanya hati seorang lelaki di antara kalian maka hal itu tidak menambah sedikitpun kekuasaanKu. Wahai para hambaKu, andai seluruh orang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin kalian menjadi  seperti paling jeleknya hati seorang lelaki di antara kalian maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun kekuasaanKu…]  (  HR Muslim. Lihat Hadits Arbain nomer 24 )

Atas dasar ini, ibadah yang karenanya manusia diciptakan merupakan; 1) standar untuk mengetahui kadar syukur dan kufurnya. Allah berfirman:  { Ini adalah termasuk anugerah Tuhanku agar Dia menguji apakah aku bersyukur ataukah kufur. Dan barang siapa yang bersyukur maka itu untuk dirinya sendiri dan barang siapa kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya Maha Mulia } ( QS an -Nahl : 40 ), 2) Hubungan ( shilah ) antara dirinya dengan Tuhannya dalam rangka mendekat kepadaNya sebagai isyarat  ketaatan dan sebagai 3) Sarana ( Wasilah ) mendapatkan cintaNya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “ HambaKu tidak berusaha mendekat kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaKu selalu berusaha mendekat kepadaKu dengan amal – amal sunnah sehingga Aku Mencintainya…”  ( HR Bukhari )

Imam Nawawi berkata: Kecintaan Allah kepada hambaNya adalah kehendak baikNya untuk hamba tersebut. Karena itu jika Dia Mencintai hambaNya maka Dia menyibukkannya dengan berdzikir kepadaNya, Dia menjaganya dari setan dan memfungsikan anggota tubuhnya dengan ketaatan dan suka akan kebaikan. Hal ini menjadikan hamba tersebut menjaga pandangannya dari hal – hal haram. Ia tidak melihat sesuatu yang tidak halal baginya. Pandangannya adalah pandangan berfikir dan mengambil pelajaran. Ia tidak melihat sesuatu dari ciptaan – ciptaan kecuali menjadikannya sebagai dalil akan wujud Sang Pencipta. Ali ra berkata: Aku tidak melihat sesuatu apapun kecuali aku melihat Allah sebelumnya.

Makna mengambil pelajaran ( I’tibar )  adalah membawa fikiran kepada kesimpulan akan kekuasaan Allah hingga manusia (pemilik fikiran) pun bertasbih, memuji Allah, bertahlil, mensucikan dan mengagungkan Allah. ( dengan demikian ) menjadi- lah seluruh gerak dan aktivitasnya secara keseluruhan karena Allah. Ia tidak berjalan kecuali dalam hal yang berfaedah baginya. Tangannya tidak berbuat sesuatu yang sia - sia.  Sebaliknya, seluruh gerak dan diamnya adalah karena Allah sehingga seluruh yang dilakukannya menjadi bernilai pahala dan ia tidak menganggap remeh sedikit kebaikan. Ini karena tekadnya adalah mencari Ridha Allah yang berarti tidak ada pilihan baginya kecuali harus bersemangat, ikhlash dan serius ( jujur ) sebab penerimaan Allah ( Qabul ) yang menjadikan hal kecil menjadi besar, hal sedikit menjadi banyak dan yang belakangan menjadi terdepan adalah tergantung keseriusan ( kejujuran ) bersama Allah { Itulah anugerah dari Allah dan cukuplah Allah sebagai Dzat Maha Mengetahui } (QS an – Nisa’ : 70 ), bukan Ridha manusia, bahkan dalam suatu saat terpaksa harus menjadikan manusia marah di jalan mencari Ridha Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam : “ Barang siapa mencari ridha Allah dengan kemarahan manusia maka Allah pasti mencukupinya dari ketergantungan kepada manusia. Barang siapa yang mencari ridha manusia dengan kemarahan Allah maka Allah menjadikannya bergantung kepada manusia “( HR Turmudzi, Qudhai dan Ibnu Asakir dengan sanad Hasan ).

Dan dirinya tidak tertipu oleh amal yang telah dilakukan sesuai dengan bisikan do’anya: “ Ya Allah, tidak akan ada orang yang bisa menolak apa yang Engkau berikan dan tak ada seorang pun yang bisa memberi apa yang Engkau cegah. Dan usaha kuat ( dalam ibadah) orang yang giat ( beribadah ) tidak bermanfaat baginya darimu “, tetapi ia senantiasa berharap anugerah dan rahmatNya dan bergembira karena itu. Allah berfirman: { Katakanlah : Dengan anugerah dan rahmat Allah maka karana itulah hendaknya mereka bergemnbira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka usahakan } (QS Yunus : 58).

Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepadaMu
bisa berbuat kebajikan dan menghindari kemungkaran serta mencintai orang - orang miskin.
 Saya memohon agar Engkau mengampuni dan mengasihiku.
Dan saya memohon kepadaMu bisa mencintaiMu, mencintai orang yang mencintaMu
dan mencintai amalan yang mengantarkan kepada kedekatan denganMu. Amin

والله يتولى الجميع برعايته

0 komentar:

Posting Komentar