Kamis, 09 Agustus 2012

Menata Hati dengan Menata Sandal


Suatu saat Khalifah Makmun meminta Imam Fara’ mengajari ilmu nahwu untuk putranya. Imam Fara’ adalah seorang ulama Kufah yang paling pandai dalam ilmu nahwu dan sastra.  Ketika beliau selesai mengajar dan beranjak untuk pergi kedua anak khalifah berebut untuk membawakan sandal Imam Fara’ hingga keduanya berkelahi. Mengetahui hal itu, Imam Fara’ akhirnya meminta kapada kedua anak tersebut agar  masing-masing membawa satu sandal hingga keduanya sama-sama menyerahkan sandal kepada beliau. (Wafayat Al A’yan, 2/228).
Dihamparan sejarah yang sangat luas cerita tentang sandal memang tidak jarang kita jumpai.Kisah Imam Fara’ adalah salah satunya.Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi disebutkan bahwa diantara sekian banyak tanda dekatnya hari kiamat adalah ketika tali sandal bisa berbicara.Dinegri yang akan memperingati hari kemerdekaannya yang ke 67 ini juga pernah terjadi kasus anak muda (AAL,15) yang diadili karena mencuri sandal jepit milik petugas kepolisian.

Minggu, 05 Agustus 2012

Ibadah,Sentuhan dan Penjiwaannya


  
Taushiyah Vol V Edisi 52

     Ibadah pada dasarnya ialah sarana interaksi dan komunikasi antara hamba dengan Tuhannya, juga berarti tarbiyah untuk menjiwai dan merasakan kedekatan dan kecintaan sama Alloh swt. Ibadah sholat,misalnya,adalah sarana pertemuan, doa, dzikir, dan munajat.Ibadah haji adalah kegiatan ziarah baitullah sebagai sarana penjiwaan dan perasaan bertamu dan dekat kepadaNya. Ibadah puasa adalah sarana mengekang terhadap apa yang disukai nafsu dan sarana mendahulukan apa yang disukai oleh Alloh swt.Dan ibadah zakat,selain sebagai sarana pensucian harta, ia adalah wahana penjiwaan terhadap anugrah dan nikmat Alloh swt.
       Dengan arti ibadah sebagai sarana interaksi dan sarana tarbiyah tersebut, maka tampak yang di butuhkan dari pelaksanaan ibadah ialah pengaruh ibadah dan penjiwaannya terhadap diri kita.Semakin ibadah dijiwai dan memberikan pengaruh,berarti  kian baiklah ibadah kita.Pengaruh ibadah dan penjiwaannya inilah yang menumbuhkan pada diri seseorang kecintaan kepada Alloh swt (mahabbatulloh atau hubbulloh) yang menjadi tuntutan setiap orang yang beriman.Didalam al-Qur’an Alloh berfirman:

Rabu, 01 Agustus 2012

Syari'at,Thoriqot dan Hakikat

 Taushiyah Vol III Edisi 30
Mobilisasi Menjelang Ramadhan
             
            Tidak lama lagi bulan Ramadhan menjelang. Jika hari-hari kemarin,bahkan saat ini,rasa-rasanya kita capek dengan berbagai problem perpolitikan, marilah sejenak memfokuskan diri pada problematika pembinaan jiwa sebagai upaya tazkiyatun nafs. Jika Ramadhan menjelang sementara kita belum melakukan mobilisasi ( pengerahan ) diri, tampaknya hal itu adalah bentuk kerugian, terlebih jika dillihat dari sudut pandang dakwah dalam kapasitas kejama’ahan.
      Allah swt menuntut kita semua menjadi saalikul aakhiroh ( orang yang meniti jalan akhirat).1 Maksudnya tinjauan hidup di dunia harus di arahkan kepada kepentingan yang jauh ke depan, pembangunan kehidupan akhirat. Pembangunan kehidupan akhirat hanya bisa dititi melalui jalur taqwa dan menghindari hal-hal yang merusak taqwa itu. Upaya meniti jalan akhirat ini kita tidak boleh tidak harus menempuh tiga jalur yang terkait erat ( menurut ilmu tashawwuf ), yaitu jalur syaria’at, jalur thariqat dan jalur haqiqat.
                Kenyataan umum di masyarakat, keberadaan tiga jalur tersebut sering kali dipraktekkan atau dipahami secara keliru. Contoh pertama, wujudnya thariqat dan haqiqat yang dipertentangkan dengan syari’at. Contoh kedua, thariqat umum diidentikan dengan hanya membaca wiridan-wiridan tertentu. Ketiga, jika orang sudah mencapai tahapan haqiqat, dia boleh ( ditolelir ) bertindak semaunya, meski melanggar sunnah. Keempat, munculnya aliran IS ( ilmu sejati ), dlsb.