
Taushiyah Vol VIII Edisi 82
Irodah
(al-irodah) secara bahasa berarti kehendak
atau greget, sedang yang kita maksudkan di sini adalah kuatnya semangat dan usaha yang
dapat mengarahkan manusia terhadap suatu tujuan tertentu. Irodah dalam hal ini
adalah potensi yang membangkitkan. Manusia menghendaki makan untuk kelangsungan
hidupnya,manusia menghendaki menikah untuk kelangsungan populasi. Manusia
menghendaki akidah (prinsip) dan nilai-nilai agar dia meningkat kualitasnya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan
akhirat, mempunyai sifat yang buruk,dan Alloh mempunyai sifat yang Maha
Tinggi,dan Dialah yang maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”. (Q.S. an-Nahl : 60)
Dalam ayat yang lain, Allah swt berfirman:
Perbedaan
yang pokok antara al matsalul a’laa
dengan al-matsalul sau’, adalah al-matsalul a’ala berpendoman dan
berstandar pada aturan-aturan hak (kebenaran) yang datang dari Alloh swt.
Sedang al-matsalus sau’ berpedemoan dan berstandar pada aturan-aturan mahluk,
yang aturan-aturan makhluk ini lazim berpijak pada lingkup persangkaan
(sakwasangka) dan kebatilan, serta sering bertabrakan realitas hidup.
Tarbiyah
Islamiyah mendidik manusia agar irodahnya menjadi berpedoman dan berstandar
pada al-matsalul a’laa. Atas dasar ini, kitab suci Al-Qur’an mempersembahkan
sekian banyak contoh irodah-irodah yang berpendoman dan berstandar pada
al-masalul a’la. Diantaranya yaitu:
1. Irodah al-ihsan/kehendak berbuat baik. (Q.S. an-Nisaa:62)
2. Irodah al-ishlah/kehendak melakukan perbaikan/perdamaian. (Q.S. Hud:88)
3. Irodah al-huda/ kehendak memberikan petunjuk. (Q.S. an-Nisaa’:88)
4. Irodah an-nush/ kehendak memberiak nasehat. (Q.S. Hud : 34)
5. Irodah at-tawadlu’ wa ash-sholah/kehendak rendah hati dan berlaku baik.
(Q.S. al-Qashas : 83)
6. Irodah at-taisir/kehendak mempermudah masalah. (Q.S. al-Qashas : 27)
7. Irodah al-akhirah/kehendak akirat. (Q.S.
Ali Imron : 152)
Dan ayat-ayat
al-Qur’an yang lainnya.
Fokus
dari irodah-irodah tersebut seluruhnya adalah irodah Alloh swt, karena Alloh
swt berfirman:
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap (menghendaki)
keridloanNya”. (Q.S. al-Kahfi:
28)
”Mereka
menghendaki keridloan Alloh”. (QS. Ar- Ruum: 38)
“Alloh tidak hendak
menyulitkanmu,tetapi Dia hendak membersihkanmu”. (QS Al Maidah: 6)
“Dan Alloh menghendaki untuk
mmbenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir”. (QS al Anfal: 7)
“Alloh menghendaki kemudahan
bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”. (QS al BAqoroh: 185)
“Dan Alloh tidak menghendaki
berbuat kedzaliman terhadap hamba-hamba-Nya”.(QS al Mu’min/ Al Ghofir: 31)
1- Berpindah dari perasaan kepada pemikiran,bukan kepada amal perbuatan
secara langsung tanpa proses berpikir.
2-Amal hendaknya didasari prinsip keimanan.Sekian banyak kitab suci al
Qur’an memadukan antaraamal sholeh dengan keimanan dalam ayat-ayat Nya
3-Setiap pelaku amal hendaknya memiliki tujuan untuk mencapai keridloan
Alloh swt,sekaligus dengan memperhatikan empat nilai,yaitu nilai materi (
al-qimah al-maaddiyah),nilai ruhiyah (al qimah al-ruhiyah),nilai
kemanusiaan (al-qimah al-insaniyah)dan nilai etika (al-qimah al-khuluqiyah)
Syara’,sebenarnya
telah menjelaskan nilai yang dituju dari setip amal perbuatan.Oleh karena itu,orang Islam semestinya tidak melakukan suatu amal perbuatan untuk
mendapatkan nilai yang nilai ini bukan sebagaimana yang ditetapkan oleh syara’
atas amal perbuatan itu,agar amal perbuatannya tidak sia-sia.
Sholat,misalnya,seorang
muslim tidak boleh melakukannya demi mendapatkan nilai kemanusiaan atau nilai
materi.Begitu pula saat berdagang (bisnis),dia tidak boleh melakukannya demi
nilai ruhiyah,dan seterusnya.
Atas dasar
ini,Alloh swt berfirman:
“atas serupa ini hendaklah beramal orang-orang yang mau beramal”. (QS ash Shoffaat: 61)
Wallohu A’lam
06 Muharrom 1425 H – 07 Maret 2004
0 komentar:
Posting Komentar