Kamis, 31 Mei 2012

Untukmu Selamanya....


 
Imam Muslim meriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah rodliyallohu ‘anha,bahwa “ketika Rosululloh saw pulang dari perang khondaq beliau meletakkan pedangnya lalu mandi.Kemudian datanglah Jibril ‘alaihissalam,setelah Jibril membersihkan debu di kepalanya,beliau berkata kepada Rosululloh saw; “Anda letakkan pedangnya? Demi Alloh kita tidak akan meletakkannya…Keluarlah menuju mereka” Rosululloh bertanya “Kemana?” Jibril memberi isyarat kepada Bani Quroidzoh.Selanjutnya Rosululloh pun memerangi mereka.(Shohih Muslim 2/114.Imam al-Bukhori juga meriwayatkan hadis ini dari Sayyidah ‘Aisyah,hanya saja dengan redaksi yang sedikit berbeda)
Seperti dalam setiap hadis Rosululloh saw,hadis di atas juga menyimpan beberapa pelajaran yang istimewa.Salah satunya adalah gambaran bagaimana para Malaikat mengikuti perang bersama Rosululloh dan para sahabatnya.Sikap Malaikat Jibril yang membersihkan debu dari kepalanya memberikan gambaran yang nyata akan hakikat tersebut.Keterlibatan para malaikat dalam jihad ummat Islam juga banyak disebut dalam beberapa ayat Alquran.Keikutsertaan malaikat dalam jihad kaum muslimin  adalah kabar gembira sekaligus janji yang ditunaikan oleh Alloh swt kepada siapa saja yang berkenan berjihad di jalan-Nya.Untuk itulah orang-orang yang beriman tidak pernah merasa gentar karena jumlah yang sedikit,sarana yang terbatas atau kemampuan yang tak seberapa. Alloh berfirman:

(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman. (al Anfal:12)

Hadis di atas juga memberikan  gambaran bagaimana Rosululloh melaksanakan dakwahnya.Kita melihat dan membuktikan bahwa dalam berdakwah Rosululloh sangat semangat,all out,total dan tak kenal lelah.Atau dengan bahasa yang mirip dengan redaksi hadis di atas,”Rosululloh tak pernah meletakkan pedangnya”.Selama ini kita selalu mendengarkan alasan dari orang-orang yang bekerja keras bahwa mereka sangat letih sehingga membutuhkan waktu beberapa jam untuk beristirahat.Bahkan orang-orang yang tidak begitu berat pekerjaannya juga merasa perlu untuk sejenak tidur siang agar bisa melanjutkan rutinitasnya dengan lancar.Namun ketika kita melihat aktifitas dakwah Rosululloh saw, cara dan kebiasaan-kebiasaan seperti itu rasanya tidak penting,tidak berlaku dan tidak ada.
Kita  tidak hendak menempatkan Rosululloh saw dalam keadaan yang beliau tidak diciptakan untuknya.Kita memang tidak boleh menganggap bahwa setelah Muhammad bin Abdulloh menjadi rosul maka ketika itu pula beliau menghapus kebiasaan-kebiasaan manusiawi yang ada pada dirinya.Kita tidak meyakini dan tidak hendak membicarakan hal naïf seperti itu.Kita yakin bahwa Rosululloh adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya.Rosululloh berpuasa dan berbuka,tidur  dan beribadah serta menikah seperti manusia pada umumnya.Saat ini mari kita berbicara tentang tugas Rosululloh,visi misi yang telah menyita waktu dalam hidupnya, sunnah beliau yang tidak jarang diterlantarkan.Mari kita berbicara tentang dakwah.
Di era kejayaan Islam dan ummatnya dakwah selalu mendapatkan perhatian yang istimewa.Ummat memahami kewajibannya serta yakin akan fungsinya.Mereka yakin betul bahwa dalam dakwah ada kemuliaan mereka.Sampai datang suatu masa di mana ilmu hanya dijadikan ajang perdebatan dan dakwah dianggap sebagai suatu hal yang usang.Kalaupun ada yang dakwah maka itupun sebagai sarana mencari keuntungan materi saja.Kita memuji Alloh karena masa suram itu telah berlalu.Tak henti-hentinya kita bersyukur karena di era kita hidup sekarang ini dakwah kembali mendapatkan tempatnya,meraih haknya dan memperoleh hasilnya.
Dalam Taushiyah yang berjudul “Kepedulian”,Abi al-Ustadz Ihya’ Ulumiddin menjelaskan bahwa “Terjun dalam kancah dakwah llalloh maknanya adalah kesediaan untuk memperhatikan hal-hal yang menjadi urusan ummat Islam. Dalam kata lain harus terwujud dalam diri seorang da`i sikap kepedulian pada setiap urusan ummat Islam. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ اَصْبَحَ وَلَمْ يَهْتَمَّ بِاُ مُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ – رواه الحا كم
“Barangsiapa pagi-pagi tidak memperhatikan ( urusan ) ummat Islam maka dia bukanlah termasuk golongan mereka itu”. (H.R. Al Hakim, lihat Faidlul Qadir jilid VI hal. 67)
Bahwa dakwah adalah memperhatikan urusan-urusan ummat maka dakwah tentu melelahkan dan menyita waktu yang banyak.Sekali lagi dakwah berhubungan dengan urusan ummat,bukan “sekedar” urusan kampung,kelompok atau urusan-urusan lokal lainnya.Bukankah dakwah itu tidak hanya universal tapi juga internasional? Kita tidak menutup mata bahwa di sana ada yang menjadikan dakwah sebagai sampingan saja.Kita tak menganggap jelek yang seperti itu hanya saja ingin disampaikan disini bahwa seorang pemain bola yang telah menang sekalipun tidak akan puas dengan mencetak satu gol saja.Orang yang memiliki tanah satu hektar tidak akan puas dengan hanya memanfaatkan 100 meter tanahnya saja untuk diambil manfaat sementara yang lainnya diabaikan.Lantas,kenapa hanya sedikit dari potensi yang ada pada kita saja yang kita berikan kepada dakwah? Kenapa hanya sisa-sisa waktu saja yang kita alokasikan untuk dakwah? Kenapa masih menjadikan dakwah sebagai sampingan?
Apapun,yang jelas Rosululloh adalah teladan kita semua.Begitupun dalam berdakwah.Hendaknya kita selalu semangat,tajarrud )total) dan tak kenal lelah.Penting untuk disebutkan disini bahwa perang khondaq yang disebutkan dalam hadis di atas adalah perang besar yang sangat melelahkan.Saat itu kaum muslimin harus menggali parit (khondaq) untuk mengahalangi pasukan koalisi yang berjumlah 10.000 yang hendak menyerang madinah.(Fiqhus Siroh,233-234.As Siroh an Nabawiyah,durus wa ‘ibar:88-90).Namun demikian, hadis singkat di atas begitu jelas menggambarkan totalitas dan semangat dakwah Rosululloh saw.
Akhir kalam,marilah kita simak kembali salah satu pesan yang di sampaikan Abi Ihya’ dalam sebuah taushiyah yang berjudul Dai tidak berbicara kecuali persoalan Dakwah; Atas dasar inilah anggota JD (jama’ah dakwah) yang sudah beriltizam maupun yang masih dalam proses partisipasi (murofaqoh) hendaknya mengupayakan diri,untuk bertugas dan bertanggung jawab terhadap dakwah dengan semestinya.Bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam berkiprah dan berbuat untuk kepentingan dakwah tersebut.Laksana tiada hari tanpa berdakwah.Ibarat tiada diskusi dan kumpul-kumpul kecuali membahas dakwah.Laksana Khalid bin Walid yang tiada berbicara kecuali soal jihad ,dalam arti serius seperti disetiap kesempatan kita nasehatkan berulang kali .Pergunakanlah keahlian secara maksimal.Keluarkanlah   segenap kemampuan masing-masing,InsyaAllah upaya itu tidak akan sia-sia,bahkan semoga  menjadi amalan dengan nilai yang bagus menurut Allah SWT.

Ditulis sekitar dua bulan yang lalu

Senin, 28 Mei 2012

ماذا نقدم لغد ؟


 
Taushiyah Vol VIII Edisi 91

Alloh Swt berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS al Hasyr: 18)

Berkaitan dengan momentum tahun Baru Hijriyah yang disebut-sebut banyak orang sebagai momentum introspeksi dan momentum kebangkitan,mari kita renungkan  petikan ayat di atas yang berbunyi:

dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
 Ayat ini bermakna seruan kepada kita masing-masing unutk memperhatikan apa yang telah kita perbuat di dunia hari ini untuk hari esok,yaitu kehidupan di akhirat.Perbuatan untuk hari akhirat dijadikana ukuran karena akhiratlah kehidupan yang hakiki (al hayawan) ,sementara dunia adalah kehidupan yang fana yang diciptakan justru sebagai ladang amal menuju akhirat..Alloh swt berfirman:

 Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.(QS at Taubah:20)

Ayat ini menggambarkan generasi Islam pertama,yaitu para sahabat Rodliyallohu ‘anhum,yang telah menyuguhkan perbuatan-perbuatan terbesar di dunia untuk hari esok.yaitu iman,hijrah dan jihad.Mereka beriman di tengah dominasi syirik dan kekufuran.Dan  alangkah banyaknya ujian yang berat atas keimanan mereka saat itu.Mereka juga berhijrah demi untuk menguji,mengokohkan,dan mensyiarkan keimanan.Dan betapa berat sejarah perjalanan hijrah itu.Keimanan dan hijrah itu mereka padu pula dengan jihad,yaitu perjuangan (peperangan) untuk membela dan menyebarluaskan syiar agama Islam,dengan merelakan harta benda sekaligus dengan merelakan nyawa mereka.Peperangan-peperangan besar mereka lewati bersama dengan Rosululloh saw.Itu belum termasuk peperangan-peperangan/ekspedisi-ekspedisi (sariyah) yang mereka lakukan tanpa Rosululloh saw.
Atas dasar perbuatan-perbuatan besar yang telah di persembahkan tersebut,generasi sahabat mendapatkan penghargaan yang luar biasa dari Alloh swt (seperti diabadikan di dalam banyak ayat-ayat suci Al Quran) dan bahkan penghargaan dari kaum muslimin hingga saat ini.
Pertanyaannya sekarang: ……
ماذا نقدم لغد  ؟
Jika para sahabat telah menyuguhkan perbuatan-perbuatan yang istimewa tersebut,maka sekarang perbuatan-perbuatan apa yang telah kita persembahkan bagi kehidupan akhirat kita kelak?
Dalam sebuah hadis sohih yang terkenal,Rosululloh saw bersabda:

لا هجرة بعد الفتح ولكن جهاد ونية  - رواه البخارى
Tidak ada hijrah setelah fathu Makkah,tetapi yang tetap ada adalah  (hijrah disebabkan) jihad dan niat (yang baik) HR Bukhori

Ungkapan “Tidak ada hijrah setelah fathu Makkah” dalam hadis ini menunjukkan bahwa hijrah yang bernilai seperti nilai hijrahnya para sahabat Rosululloh saw sudah tidak ada lagi.Tidak ada lagi hijrah setelah terbukanya kota Makkah yang nilainya sama dengan hijrah yang dilakukan generasi Islam pertama sebelum fathu Makkah.Ungkapan tersebut juga menggambarkan bahwa apa yang telah dilakukan para sahabat dengan hijrah itu merupakan hal yang tidak bisa ditandingi di masa-m,asa berikutnya.
Seandainya ungkapan dalam hadis itu tidak diikuti oleh ungkapan:

ولكن جهاد ونية 

Niscaya tertutup bagi kita pintu apapun untuk melakukan hijrah atau hal-hal yang berkaitan dengan hijrah yang dilakukan para sahabat.”Lakin” ( لكن ) Adalah huruf istidrok ( حرف استدراك )Yang bermakna menyusuli ucapan sebelumnya.Dengan demikian Rosululloh saw masih membuka peluang bagi kita semua untuk melakukan hal yang bernilai luhur,walaupun tentunya tidak dapat menyemai nilai luhur para sahabat.Hal yang bernilai luhur yang menjadi peluang bagi kita semua untuk memasukinya ada dua,yakni jihad dan niat.
Dua peluang inilah yang mesti kita masuki dan kita rebut,untuk kita persembahkan sebagai bekal bagi kita pada kehidupan esok hari.Pertama,jihad.Untuk jihad,tentunya diperlukan semangat,latihan-latihan dan tempaan /pembinaan (kaderisasi).Jihad bahkan juga memerlukan koordinasi dan komando.Disinilah pentingnya berjamaah dan pentingnya pembinaan.Kedua,niat,yakni niat yang baik.Ada dua kategori niat yang baik,yaitu 1) mencari ilmu dan menyebarkannya,serta 2) berdakwah.Ilmu adalah kehidupan Islam.Bisa dibayangkan bagaimana keberadaan kaum muslimin bila mereka dibiarkan tanpa ilmu.Sementara berdakwah,tidak ada tugas yang lebih baik daripadanya,karena ia menjadi misi utama para Rosul.
Ilmu dan dakwah adalah faktor penting yang bisa menghidupkan hati dan jiwa kita,sementara hal-hal yang yang bisa menghidupkan hati dan jiwa yang diserukan oleh Alloh swt dan Rosululloh saw,kita diperintahkan untuk menyambutnya (istijabah).Hidupnya hati dan jiwa merupakan modal kebahagiaan hidup kita di dunia dan di akhirat.
Alloh swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (QS al Anfal: 24)

Dengan mencari dan menyebarluaskan ilmu serta berdakwah inilah semangat dan ghiroh melakukan jihad tumbuh dan berkembang.Semangat dan ghiroh jihad tidak akan lahir sekonyong-konyong / tiba-tiba.Semangat dan ghiroh itu hanya bisa lahir melalui proses panjang,yaitu pembinaan dan kaderisasi.Para sahabat siap berjihad di medan Badar,Uhud,Khondaq,tentu tidak lepas dari kaderisasi lama yang mereka terima dari Rosululloh saw.Dengan demikian ada hubungan yang kuat antara jihad dan niat,dan sebaliknya antara niat dan jihad.
Pada kenyataannya,saat ini kita mendapati ruh jihad kaum muslimin di sekeliling kita bahkan dimana- mana kendor dan lemah.Hal ini tidak terlepas dari pemahaman-pemahaman yang buruk dan propaganda-propaganda busuk mengenai jihad yang sudah melekat pada jiwa.Jihad dimaknai sekedar bekerja secara sungguh-sungguh.Ada pemahaman menyatakan,jihad tidak hanya perang.Ada jihad di bidang ekonomi,politik dan sosial.Bekerja mencari nafkah bahkan juga adalah jihad.Jihad terbesar justru adalah melawan nafsu yang ada pada diri masing-masing orang.Inilah pemahaman-pemahaman yang menjadikan kendornya ruh jihad.Lemahnya ruh jihad juga diakibatkan propaganda yang demikian deras dari musuh-musuh Islam.Mereka mempropagandakan bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan santun,tidak menyukai kekerasan dan senjata,serta Islam adalah rohmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta alam).Padahal,Islam membawa rahmat bagi semesta alam dengan cinta kasih dan kedamaian sekaligus dengan ketegasan dan keperkasaan.Ketegasan dan keperkasaan Islam adalah rahmat sebagaimana cinta kasih dan kedamaiannya juga adalah rahmat.
Di sisi lain,kita mendapati sebagian orang memaknai dan melakukan jihad secara salah.Mereka meneror non muslim dengan bom-bom,menghancurkan tempat-tempat domisili mereka,atas nama jihad.Tindakan ini tentu merusak makna jihad yang demikian mulia dan luhur.
Saat ini kita juga mendapati kenyataan bahwa niat yang baik untuk mencari ilmu,menyebarluaskan ilmu dan berdakwah juga kendor dan melemah sebagaimana kendor dan melemahnya ruh jihad.Minat terjun dan menekuni ilmu berkurang.Banyak orang merasa kenyang / puas/ pintar diri dari ilmu sehingga berhenti atau enggan belajar.Sayyidina Ali bin Abi Tholib menyatakan:

ما ازددت علما الا ازددت حهلا
Aku tidak bertambah ilmu kecuali aku bertambah bodoh

Dalam hikmah dinyatakan:

عرفت شيئا و غابت عنك الاشيا ء
Engkau mengetahui sesuatu yang sedikit,sementara lepas darimu sesuatu yang banyak.

Kalau pun ada yang tekun mencari ilmu,maka hal yang dikejar hanya ijazah dan gelar.Ilmu dan dakwah tidak mendapatkan respon.Susah orang diajak mengaji dan diseur baik.Orang makin berpikir nafsi nafsi alias individualis.Kita bisa membandingkan minat anak-anak yang belajar di pesantren dan madrasah-madrasah dengan minat anak-anak yang belajar di lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan gelar dan peluang kerja.Kita bisa membandingkan pula sepinya majelis-majelis ilmu dan ramainya forum-forum bisnis,kemaksiatan dan foya-foya.
Di saat seperti ini,di tambah dengan dominannya penyakit al-wahan yang menimpa kaum muslimin,lengkap dengan gaya matrealistik dan individualistik,tentu,kedudukan jihad dan niat menjadi penting artinya,sangat luhur dan amat mulia.Lahir dan berkembangnya kader-kader yang memiliki ruh jihad yang tinggi dan kader-kader yang memiliki niat yang tulus dalam mencari ilmu,menyebarluaskannya,dan  niat tulus di dalam berdakwah ilalloh,dengan demikian menjadi sangat penting dan semakin penting.Peran yang mulia dan luhur.Oleh karena itu kembali kita ingatkan,semangat belajar,ruh jihad,dan jalannya pembinaan melalui halaqoh-halaqoh jangan pernah mati dan berhenti.Harus terus kita lestarikan.ISLAM ADALAH AGAMA DAKWAH DAN JIHAD
Mudah-mudahan jihad dan niat itu semua dapat menjadi bekal yang bisa dipersembahkan untuk (kebahagiaan) hari esok.Aamiin
Wallohu A’lam                                                           6 Maret 2005 M
25 Muharrom 1426 H

Minggu, 27 Mei 2012

Forever Maulid….


 


Sebelum orang-orang kafir membunuhnya.Abu Sufyan bin Umayyah berkata kepada Zaid bin ad-Dutsanah,salah satu utusan Rosululloh dalam peristiwa Yaumur roji’.”Apakah Engkau mau apabila Muhammad menggantikan tempatmu sekarang? Kita memenggal lehernya dan Engkau bersama keluargamu”. Kepada tokoh kafir itu Zaid bin ad-Dutsanah berkata: “Demi Alloh,saya tidak senang apabila di tempatnya yang sekarang ada duri yang menyakiti  Nabi Muhammad sedangkan Aku hanya duduk-duduk bersama keluargaku..!!”.Mendengar perkataan Zaid tersebut Abu Sufyan berkata: 

مَا رَاَيْتُ مِنَ النَّاسِ اَحَدًا يُحِبُّ اَحَدًا كَحُبِّ اَصْحَابِ مُحَمَّدٍ مُحَمَّدَا
Aku tidak pernah melihat manusia yang mencintai seseorang seperti sahabat Muhammad mencintai Muhammad… (Fiqhus Siroh:202, Asy Syifa: 2/16)

Seorang perempuan Anshor ditinggal mati oleh  Ayah,saudara serta suaminya dalam perang Uhud.Perempuan tersebut bertanya: “Bagaimana dengan keadaan Rosululloh saw? Para sahabat berkata: Beliau dalam keadaan baik seperti yang engkau senangi..” Perempuan tersebut melanjutkan: “Izinkan aku melihat Beliau” Setelah perempuan yang ditinggal orang-orang terdekatnya ini melihat Rosululloh saw,dia berkata:

كُلُّ مُصِيْبَةٍ بَعْدَ كَ جَلَلٌ

Setiap musibah selain Engkau (Rosululloh) adalah ringan.. (Asy Syifa: 2/15)

Kisah tentang cinta para sahabat kepada Rosululloh saw sangatlah banyak.Dua yang disebutkan di atas bisa jadi sudah sering kita dengar sebelumnya.Kita juga tak pernah lupa bagaimana seorang pemuda bernama Mush’ab bin Umair memalingkan perhatian kaum kuffar yang hendak menyerang Rosululloh saw dalam perang uhud yang dengan itu juga dua tangan shahabat Mush’ab harus putus untuk kemudian syahid di jalanNya.Kisah-kisah cinta yang mengagumkan itu telah diabadikan para ulama dalam buku-buku mereka.Pertanyaan yang harus muncul adalah: Aina nahnu min haulihim..? Dimanakah posisi kita di antara sejarah yang mengagumkan tersebut..?
Bulan Robi’ul awwal telah meninggalkan kita sejak beberapa bulan yang lalu.Waktu memang berlalu begitu cepat meninggalkan suasana riuh dan khidmat yang  terjadi secara serentak dalam bulan tersebut.Kita berharap semoga Alloh memperkenankan kita untuk menikmati suasana khas ala bulan Robiul awaal  tahun depan.Semoga juga di tahun-tahun yang akan datang bulan Robiul awwal semakin segar aromanya,tambah khidmat suasananya dan bertambah kebaikan yang bisa kita petik di dalamnya.
Kita tidak hendak menyulut persilisihan ummat terkait dengan hukum melaksanakan maulid.Ummat Muhammad akan senantiasa dalam kebaikan apabila mereka memahami mana yang disepakati dan mana yang dikhilafkan.Sesungguhnya ummat Islam akan senantiasa dalam kejayaan apabila mereka mengetahui dan mengamalkan agamanya sesuai dengan skala prioritasnya.Ummat pilihan ini juga tidak akan celaka karena menggunakan sarana yang berbeda untuk tujuan yang sama.Ummat Islam akan selalu dalam keberkahan selama mereka masih mengenal Nabinya,mencintainya dan mengikuti sunnah dan ajarannya.
Memang sangat disayangkan ketika ada kelompok dalam ummat ini yang mengecam tradisi maulid yang selalu dilaksanakan oleh saudara mereka.Toh pihak yang merayakan maulid juga tidak mengatakan bahwa maulid itu sunnah,apalagi wajib.Mereka paham bahwa maulid hanyalah sebuah tradisi (wasilah,red) yang akan menghantarkan mereka pada kebaikan-kebaikan.Namun patut disayangkan juga karena tidak jarang maulid hanya terjadi secara seremonial belaka.Ibarat seseorang yang mengendarai mobil yang sangat bagus tapi penumpang tidak sampai pada tujuannya.Atau malah seperti orang yang memasuki mobil dan memegang setirnya,tapi ia sendiri tidak tau fungsi mobil itu untuk apa.
Maka dari itu menjadi penting kiranya untuk mengingat pesan-pesan agama yang telah ditulis dan disampaikan oleh para ulama kepada kita terkait hubungan kita dengan Rosululloh shollohu ‘alaihi wasallam.Para ulama dari negara manapun dan madzhab apapun telah menjelaskan bahwa wajib bagi kita untuk mencintai, mentaati dan mengikuti  Rosululloh saw.Pengertian dari mencintai dan mentaati tentu sangat mudah dipahami karena setiap orang yang mencintai orang lain maka pastilah ia mengikutinya dan berusaha untuk membahagiakannya.Maka dari itu kita selalu melihat orang yang sedang jatuh cinta akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mentaati dan membahagiakan orang yang dicintainya.

لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقًا لَاَطَعْتَهُ  #  اِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعُ
Apabila cintamu jujur pastilah kau mentaatinya,
Sesungguhnya orang yang jatuh cinta adalah orang yang taat pada yang dicintainya…

Selanjutnya mungkin ada yang bertanya,berarti yang terpenting adalah mentaati,mengikuti dan mencintai Rosululloh?? Jawabnya tentu saja iya.Dan maulid adalah salah satu sarana yang efektif untuk menuju kewajiban-kewajiban tersebut.Bila demikian,masih pentingkah menghujat maulid padahal ia cuma sebuah sarana untuk menuju kebaikan dan keutamaan?.Sebaliknya pantaskan kita menjadikan maulid sebagai acara seremonial belaka? Kita tidak bisa mengambil manfaat yang seharusnya kita raih darinya dan tidak sampai pada tujuan yang menjadi sasarannya?? Bukankah dalam setiap doa yang ditulis oleh ulama yang menulis kitab maulid selalu ada doa agar kita senantiasa meneladani Rosululloh,mengikuti syari’atnya dan membelanya??
Benar.Salah satu ironi yang sering kita lihat di zaman fitnah ini adalah sebuah fenomena dimana manusia habis-habisan mencurahkan waktu dan kemampuannya untuk memburu kesenangan pribadi dan kenikmatan dunia namun disaat yang sama urusan agama hanya menjadi sampingan atau dilakukan sekedarnya saja.Ketika si fulan bisa mengkonsumsi gosip,tontonan yang tidak mendidik serta musik-musik yang tidak layak dengan mudah dan sangat optimal maka kenapa hanya sedikit usaha dan waktu yang digunakannya untuk Robb dan Rosul-Nya?? Atau apakah pragmatisme telah manjadi menu favorit ummat ini sehingga mereka menjauh dari ajaran Nabinya??

mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang tentang  akhirat mereka lalai.(QS ar-Rum: 7)
Sesungguhnya modal untuk mencapai segala sesuatu adalah mujahadah (kesungguhan).Lebih-lebih untuk meraih cinta Rosululloh.Di luar sana sering kita lihat orang-orang yang ketakutan luar biasa karena tidak bisa menyenangkan kekasihnya,menuruti perintah atasannya atau menyenangkan suaminya.Mereka takut ditinggalkan oleh kekasihnya,diPHK atasannya dan dimarahi suaminya.Bila demikian,dengan cara seperti apa kita akan menghindar dari ancaman yang Maha Perkasa ini ??

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rosululloh takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.(QS an Nur:63)

ditulis sekitar dua bulan yang lalu


Jumat, 25 Mei 2012

Bila Ukhuwah Tidak Terajut


 

Taushiyah Vol VIII Edisi 78

Firman Alloh Subhanahu Wata’ala:

“Adapun orang-orang kafir,sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain,jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Alloh itu (yakni keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara kaum muslimin),niscaya akan terjadi fitnah (kekacauan) di muka bumi dan kerusakan yang besar”. (QS al-Anfal:73)
Orang-orang kafir,meski lahirnya kelihatan padu,mereka sesungguhnya suka berpecah belah dan sulit bersatu.Antar satu kelompok mereka dengan kelompok lain mudah berselisih paham,berbeda pendapat dan bertengkar.Betapa banyak api peperangan tersulut di antara mereka.Romawi (Kristen) pernah berperang melawan Persia (Majusi).Kristen selalu bermusuhan dengan Yahudi,sementara di dalam masyarakat Kristen sendiri yang terdiri dari sekian banyak sekte,perpecahan dan pertentangan (friksi) selalu terjadi.Pada masa sebelum kenabian,orang-orang kafir tidak memiliki ideologi pemersatu yang sama.Mereka tidak diikat oleh satu prinsip yang sama.Keyakinan tauhid telah mereka rusak,sedang kitab suci pegangan mereka telah hilang kemurniaannya.Maka permusuhan dan perpecahan yang selalu menimpa mereka dari masa ke masa adalah suatu hal yang wajar.Alloh swt berfirman:

“Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat.Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah”. (QS al Hasyr: 14)
Namun satu hal yang mengherankan adalah ketika orang-orang kafir itu menghadapi kaum muslimin,mereka sama bersatu padu,berkoalisi dan bahu-membahu.Mereka memandang Islam adalah musuh bersama.Mereka tidak lagi mempedulikan agama,kelompok,sekte,suku atau bangsanya.Mereka berkoalisi menjadi satu kekuatan melawan orang-orang Islam.
Fakta ini bisa diurai dari sejarah perang ahzab,perang salib,hancurnya khilafah,penjajahan di dunia Islam,dan berdirinya negara Israel di Palestina.Di negri ini,fakta itu bisa disaksikan dengan bersekutunya Kristen,hindu,budha dan konghuchu melibas apa saja yang berbau Islam dan menguntungkan kaum Muslimin.Maka benarlah ungkapan yang menyatakan bahwa kekufuran merupakan sebuah agama yang satu,meski bentuknya berbeda-beda.

 الكفر ملة وا حدة

“Kekufuran itu merupakan sebuah agama yang satu”.

Kaum muslimin,apapun bangsa,kelompok dan partainya adalah ummat yang berdiri di atas ideologi yang sama,panji Rosululloh saw,dan berlandaskan kitab yang sama,yaitu kitab suci Al Quran.Mereka sepatutnya bersatu padu,bergabung dalam satu kekuatan,bersaudara,bahu-membahu,dan berkoalisi,tanpa memandang suku,partai,dan golongan.Sebagian kaum Muslimin harus menampakkan Wala’ (loyalitas) kepada sebagian kaum Muslimin yang lain.Saling dukung-mendukung.Mereka tidak boleh sama dengan orang-orang kafir yang selalu berpecah belah sesama mereka akibat tidak memiliki kesamaan ideologi.
Akan tetapi,kenyataan yang ada menujukkan sebaliknya.Ummat Islam suka berpecah belah.Tidak akur.Berselisih paham dan pendapat.Mereka terkotak-kotak dalam sekian banyak wadah,partai,aliran dan golongan.Dan itu tetap mereka lakukan,meski di depan mereka ada kekuatan nyata menyerangnya atau meski ada suatu kepentingan … bersama yang menuntuk koalisi dan persamaan persepsi di dalamnya.Kepentingan kelompok dan partai atau kepentingan materi dan kekuasaan kelihatan lebih menonjol dari pada kepentingan Islam.Fanatisme,mereka terjebak pada politik praktis demi kepentinagn sesaat.
Hal yang bertambah ganjil adalah ketika tidak akur sesama muslim,sebagian kaum muslimin menjadikan orang-orang kafir sebagai teman karib.Mereka loyal dengan orang-orang kafir itu melebihi loyalitas kepada saudara sesama Muslim.Mereka bergandengan tangan dengan musuh sedang sesama saudara mereka membelakangi.Ayat tersebut diatas memberikan suatu pengertian bahwa kaum muslimin bila tidak merajut persaudaraan dan persatuan antar sesama mereka serta memutus hubungan dengan kalangan orang-orang kafir, sebagaimana diperintahkan oleh Alloh swt,mereka justru berpecah belah antar sesama dan kepada orang-orang kafir mereka menjalin hubungan mesra,maka akan lahir kekacauan besar di bumi,yaitu merosotnya keimanan dan menangnya kekufuran.
Keimanan umat Islam merosot karena mereka tidak lagi berpegang teguh kepada akidah Islam.Prinsip hidup yang diyakini dicampakkan begitu saja.Umat Islam makin jauh dengan ajaran agamanya.Kendor dan longgar.Ummat Islam seakan-akan menjadi ummat yang lain.Tidak berciri khas.Disisi lain kemaksiatan merajalela.Tumbuh jiwa-jiwa tebal yang tidak tersentuh oleh nasehat-nasehat spiritual.Majelis-majelis pengajian sepi,orang-orang hanya berfikir duniawi;materi,kenikmatan dan kekuasaan.
Pada saat yang sama kekufuran mendapatkan kemenangan.Propaganda mereka makin terang-terangan.Gereja tumbuh di mana-mana.Pemeluk agama Hindu dan aliran kepercayaan semakin meningkat.Pos-pos strategis mereka kuasai.Dan hal yang paling kita khawatirkan adalah manakala presiden kafir akan memimpin negeri ini.
Inilah berbagai dampak buruk bila kaum muslimin tidak mengindahkan seruan Alloh untuk bersatu padu,bahu-membahu,merajut persaudaraan sesama mereka,dan tidak menjalin hubungan mesra dengan orang-orang kafir.Kekuatan ummat Islam menjadi lumpuh dan harapan yang di dambakannya menjadi gagal.Firman Alloh swt;
Ÿ“Dan janganlah kamu berebutan,yang menyebabkan kamu menjadi gagal dan hilang kekuatanmu” (QS.al-Anfal 46)
Adanya kelompok dan partai sebagai cermin perbedaan pendapat di tubuh kaum muslimin memang bukan halangan untuk terajutnya persaudaraan,selama ada niat tulus ikhlas untuk memperjuangkan Islam lewat jalur itu,tidak menjadikan kelompok dan partai sebagai tujuan akhir,melainkan sebagai sarana perjuangan.Bila niat ini dipegang teguh niscaya antar kelompok dan partai di tubuh kaum muslimin akan mudah berkoalisi manakala ada kepentingan Islam yang luhur yang menuntut untuk koalisi itu.
Adakah ketulusan niat itu dalam politik praktis dewasa ini?? Susahnya adalah bila materi dan kekuasaan telah turun.Prinsip perjuangan biasanya menjadi luntur.Apalagi bila sejak awal niatnya memang tidak tulus.Kisah tiga orang di zaman Nabi Isa as bisa dijadikan pelajaran.Ketiganya adalah orang-orang baik,namun begitu datang harta melimpah,mereka terperdaya.Mereka berusaha saling membunuh dan akhirnya mati semua.
Di bagian lain kita melihat sekian banyak kaum muslimin masih terbelakang (bodoh) khususnya dibidang pendidikan dan keagamaan.Di antara mereka masih banyak yang masih awam terhadap ajaran agamanya.Siapakah yang akan peduli terhadap mereka?.
Maka,terus bergiat dalam dakwah inilah jalur yang kita pilih dan tekuni.Jutaan muslim yang masih awam  dinegri ini adalah lowongan yang terbuka lebar bagi kita untuk memasukinya,mendidik dan membinanya.Ini hasilnya akan lebih jelas,yaitu tumbuhnya kader-kader muslim yang baik.Bukankah lahirnya satu orang yang mendapatkan hidayah lantaran kita nilainya lebih berharga daripada harga unta kemerah-merahan?? Bukankah dai adalah penerus misi Nabi?? Adakah kebanggaan lebih dari pada ini??
                Boleh jadi usia kita seluruhnya tidak akan cukup untuk mendidik dan membina umat itu,apalagi bila sebagian usia kita sia-siakan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.Seruan Alloh swt;

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya kaumnya itu dapat menjaga diri”.  (QS at Taubah 122)

                Imam Abdulloh bin Alawi al-Haddad menyatakan bahwa tidak ada alasan bagi orang awam untuk tidak mau belajar,sedang bagi orang yang berilmu tidak ada alasan baginya untuk tidak mengamalkan ilmunya (mengajarkannya).Beliau menambahkan bahwa kewajiban mengamalkan Ilmu hukumnya menjadi lebih tegas bila keadaan masyarakat banyak yang awam,kemaksiatan merajalela dan kekufuran meningkat. (ad-Dakwah at-Tammah..10-16)
                Tentang keutamaan mencari ilmu dan mengjarkannya,Rosululloh saw bersabda:

“Barang siapa menempuh jalan dalam rangka menempuh ilmu maka Alloh akan memudahkan baginya jalan menuju surga.Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya menaungi penuntut ilmu,karena malaikat itu merasa suka dengan apa yang diperbuatnya (mencari ilmu).Sesungguhnya makhluk di langit dan di bumi sama memintakan ampun kepada orang yang berilmu,hingga ikan-ikan di air.Keutamaan orang berilmu dibanding dengan orang beribadah laksana keutamaan bulan dibanding dengan seluruh bintang-bintang.Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi.Para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham,namun mereka mewariskan ilmu.Barangsiapa mengambil (mencari) ilmu,dia berarti mengambil bagian yang sempurna”.  (HR.Ahmad,Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Darda’ ra)
                Meski fokus kita adalah pendidikan dan pembinaan,namun politik yang bersifat luhur tidak boleh kita abaikan.Hal ini ada kaitannya dengan proses legislasi hukum,apalagi bila dikaitkan dengan semangat otonomi daerah.Ada beberapa kader diharapkan dapat memasuki semua lini secara netral,dengan mengemban visi perbaikan,perdamaian dan menyebarkan ide-ide Islam.Kita berharap unsur-unsur syariat Islam setahap demi setahap dapat di serap menjadi hokum positif di negri ini.
Mudah-mudahan langkah kita senantiasa diridloi oleh Alloh swt.

10 Rojab 1424
7 September 2003

Rabu, 23 Mei 2012

Kata Pengantar




Berikut ini adalah kumpulan taushiyah yang telah disampaikan oleh Murobbi tercinta al-Ustadz Abi Ihya’ Ulumiddin selama kurun waktu 16 tahun (1996 -2012).Seperti yang kita ketahui,Taushiyah yang disampaikan oleh Abina sebulan sekali kepada jama’ah dakwah al-Haromain ini memuat  ide-ide dakwah,arahan,waridat,kritik sosial dan pembinaan kepribadian.Berangkat dari kenyataan tersebut,maka usaha untuk mengumpulkan taushiyah-taushiyah ini adalah upaya yang tidak boleh diabaikan.Pertama karena muatan-muatan ilmiyah dan berharga yang terdapat dalam taushiyah-taushiyah itu sendiri.Alasan lain adalah untuk menjaga peninggalan (hifdzut turost) yang telah diberikan oleh Murobbi kepada kita.Dalam hal ini sepatutnya kita mengambil ibroh dari punahnya madzhab-madzhab fiqh selain madzhab empat.Kita tentu telah paham bahwa sebenarnya madzhab fiqh dalam Islam tidak terbatas pada Hanafi,Maliki,Syafi’I dan Hanbali saja.Disana ada madzhab Sufyan Tsauri,Ishaq bin Rohawaih,al-Laits as-Samarqondi dan beberapa madzhab lainnya.Namun kurangnya perhatian para murid serta pengikut terhadapa karya dan pemikiran mereka telah menjadikan nama-nama besar itu tetap dikenang sementara madzhab-madzhab mereka sirna.
Tidak seperti kumpulan taushiyah yang telah diterbitkan sebelumnya,dalam kumpulan ini taushiyah-taushiyah tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,yaitu aqidah,tazkiyah dan tsaqofah.Pemilihan tiga klasifikasi ini tentu saja mengacu pada tiga orientasi pembinaan dalam alquran sekaligus yang terapkan dalam pembinaan al-Haromain.Adapaun proses kodifikasi dalam klasifikasi tersebut memang belum selesai,sehingga bisa jadi hasilnya pun masih jauh dari yang kita harapkan bersama.Namun demikian,semua  taushiyah ini sudah melewati tiga proses kodifikasi dari lima target kodifikasi yang direncanakan.Pada tanggal 23 dan 29 Januari serta tanggal 19 Februari tiga proses tersebut dilaksanakan.Adapun tempat pelaksanaannya  adalah ma’had NUrul Haromain Pujon.Alhamdulillah,dalam tiga proses kodifikasi tersebut Ust Syihab selalu terlibat dan memberikan arahan. Ust Masyhuda,Ust Ni’am,Ust Fikri,Ust Anang dan Ust Nuril adalah tim yang terlibat dalam proses tersebut.Ditambah dari beberapa Ikhwan yang menjadi pengurus ma’had NH,seperti Akhi Andi Ridlwan,Akhi Sabiq,Akhi Bahruddin,Akhi Sadannur,Akhi Badri,Akhi Alawy,Akhi Fakhrurozi,Akhi Tsalis,Akhi Huda,Akhi Qori dan Akhi Ittihad.
Ucapan jazakumulloh ahsanal jaza’ kami haturkan untuk mereka semua.Begitu juga kepada Ukhti Shofi,Ukhti Nadia dan Ukhti Idha yang telah membantu mengetik ulang taushiyah-taushiyah ini,serta semua pihak yang telah membantu usaha ini.InsyaAlloh tanggal  17 Juni mendatang kita akan melanjutkan proses kodifikasi ini. Selanjutnya ,kita  akan memohon kepada Abina untuk melakukan revisi dan verifikasi.
Kita tentu sepakat bahwa proses kodifikasi taushiyah-taushiyah ini bukanlah pekerjaan yang mudah.Disisi lain,harapan agar kumpulan ini menjadi buku pembinaan yang  berkualitas tentu menjadi keinginan kita semua.Untuk itulah masukan dan saran dari Antum sekalian benar-benar kita harapkan.Lebih-lebih bila Antum bisa menyertai kami pada kodifikasi lanjutan yang akan kita laksanakan.
Hanya karena Alloh semata semua usaha ini diupayakan.Dia Maha Melihat dan sebaik-sebaik  yang memberi balasan.Semoga pengabdian sederhana kepada Murobbi dan dakwahnya ini senantiasa mendapat inayah dan pertolongan-Nya.Semoga usaha ini menjadi amal jariyah yang diridlo-Nya. Allohumma aamiin…
Adapaun buih itu,maka ia akan hilang sebagai sesuatu yang tak berharga.Adapun yang member manfa’at kepada manusia,maka ia akan tetap di bumi.Demikianlah Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan…  QS. Ar-Ro’d: 17

Selasa, 22 Mei 2012

Mafhum Hikmah dan Siyasah Dakwah




Taushiyah Vol IV Edisi 48

Kala dirayu oleh Utbah bin Rabiah ,duta dari komunitas quraisy,tawaran kekayaan ,kekuasaan dan kedudukan,jawaban rasulullah terhadap rayuan ini adalah :
مَا جِئْتُ بِمَا جِئْتُكًمْ بِهِ اَطْلُبُ اَمْوَالَكًمْ وَلَا الشَّرَفَ فِيْكُمْ وَلَا الْمُلْكَ عَلَيْكُمْ, وَلَكِنَّ اللهَ بَعَثَنِي اِلَيْكُمْ رَسُولًا, وَاَنْزَلَ عَلَىَّ كِتَاًبا وَاَمَرَنِيْ اَنْ اَكُوْنَ لَكُمْ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. فَاِنْ تَقَبَّلُوْا مِنِّي مَا جِئْتُكُمْ بِهِ    فَهُوَ حَظُّكُمْ فِي الدُّ نْبَا وَالْاَخِرَةْ وَاِنْ تَرُدُّوْهُ عَلَىَّ اَصْبِرُ لِاَمْرِاللهِ حَتَّى يَحْكُمَ اللهُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ
Aku tidak datang kepadamu demi mendapatkan harta kekayaanmu,kedudukan di sisimu,dan juga kekuasaan di atas mu.Namun Allah mengutusku kepadamu sebagai Rasul ,menurunkan kepadaku kitab,memerintahkan menjadi pembawa berita kegembiraan dan peringatan kepadamu.Jika kamu menerimanya,itu bagianmu di dunia dan akhirat,jika kamu menolaknya ,aku akan bersabar  sehingga Allah memberikan keputusan antara aku dan kamu  ( Dr.Muhammad Said Romdlon Al Buthi.Fiqhus Siroh,hal 111)
Dalam berdakwah mesti dititi hikmah (kebijaksanaan)dan strategi yang benar.Hikmah dan siyasah itu di maksudkan sebagai sarana yang efektif bagaimana mendekatkan materi dakwah kepada sasaranya (manusia).Tentu saja hikmah dan siyasah itu berkembang sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi,asal dalam prinsipnya tidak menyimpang dari koridor prinsip kebenaran yang tercermin dari cahaya Aqidah Islamiyah.
Selama menjalani praktek dakwah, di sana akan banyak ditemui potensi dan peluang disamping tantangan dan kendala.Adakalanya sasaran dakwah itu menerima dengan suka rela,menerima dengan syarat,menolak dengan keras,dan menolak dengan halus bahkan merayu dan memuja,menawar dan membeli dengan kekayaan,kekuasaan dan kedudukan,di balik maksud mendistorsi  misi dakwah,apalagi disamping pelaku dakwah sudah di hantui kebosanan dan kecapean ,kesulitan ,serta kebuntuan selama perjalanan dakwahnya.
Hikmah dan siyasah Rasulullah saw di atas perlu di jadikan bahan kajian ,bahwa di saat harga dakwah itu bernilai besar dengan kekayaan,kekuasaan,dan kedudukan ternyata beliau tidak serta merta menjualnya .Justru beliau bertahan dengan prinsipnya,teguh dan kokoh,dengan kompensasi di caci,dihina,diboikot,bahkan diusir dari negerinya,seperti d prediksikan secara dini oleh Rahib Waraqah bin Naufal.Sunnatullah jalan dakwah memang tidak mulus ,lurus dan halus akan tetapi terjal, mendaki dan curam.
Datangnya kebosanan dan kebuntuan serta kesulitan dalam berdakwah tidak harus dilakukan hikmah dan siasat menjual diri dan menjual misi dakwah dengan kekuasaan kedudukan dan kekayaan.Prinsip dakwah yang benar di gambarkan oleh Nabi Sulaiman kala menolak kiriman upeti dari ratu Bilqis yang saat itu penguasa saba ini hendak menguji kesungguhan atau kedustaan aktivitas dakwah Nabi Sulaiman .Ratu Bilqis berpendapat seandainya upeti itu di terima ,yakinlah dia akan kedustaan seruan kebaikan dari Nabi Sulaiman .Dengan penolakan itu bukan hanya dakwah Nabi Sulaiman mendapatkan simpati,malah ratu Bilqis beseta rakyatnya berbondong –bondong menyatakan keimanannya.
Suatu hal yang penting dalam menjalani dakwah ialah kesiapan untuk melakukan latihan tadhliyah (pengorbanan).  Latihan berkorban untuk sabar dan teguh kala datang tawaran dan peluang berkorban untuk di sakiti dan di usir kala datang kendala dan tantangan , berkorban untuk mendahulukan orang lain ,berkorban mengurangi hartanya untuk di infakan serta berbagai bentuk pengorbanan lainya .Akan pentingnya latihan tadhliyah ini , sahabat Abu Bakar As-Sdidiq memberikan nasihat kepada pahlawan Islam Khalid bin Walid:
اِحْرِصْ عَلَى الْمَوْتِ تُوْهَبْ لَكَ الْحَيَاةْ
Bersemangatlah untuk mati ,niscaya di berikan kepadamu hidup (Ad Dakwah Al Ishlahiyah.Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki,hal 18)
Hikmah dan siyasah dakwah yang mesti bukanlah demi menggapai kekuasaan ,kedudukan,dan kekayaan.Dalam soal ini prinsip kita tetap bergantung (i'timad)kepada Allah sebagai al Musabbib.Namun prinsip hikmah dan siyasah dakwah ialah dalam rangka membangun, membentuk,dan melahirkan sumberdaya manusia yang layak dikader,dibina dan dibimbing (takwinur rijal). Menumbuhkan kader-kader yang siap berkorban,siap menerima dirinya untuk teguh,ulet dan sabar,siap untuk dicontoh,siap untuk mengerahkan segenap kemampuan ,siap untuk berderma dan siap untuk hijrah.
Sebetulnya disinilah nilai dakwah itu .Dan inilah jawabannya mengapa Islam yang dibawa rasulullah berkibar ke seantreo jagat dan tetap eksis hingga hari ini.Masjid (pusat pengkaderan )beliau tidak cukup besar ,hanya beralas pasir ,dan beratap daun kurma ternyata mampu menumbuhkan ratusan ribu hero (pahlawan),berkat ketelatenan dan kedisiplinan membina kader,dan di sisi lain berkat ketidak tergiuranya beliau dengan tawaran kesenangan sesaat.Dalam sebuah syiir di sebutkan :
اطّلَعَ الْمَسْجِدُ الْكَرِيْمُ اُنَاسَا   اِنْتَجَتْهُمْ مَدَارِسُ الْقُرْاَنِ
صَقَلَتْهُمْ يَدُ النَّبِيِّ فَاَضْحَوْا  غُرَّةَ الدَّهْرِ فِيْ جَبِيْنِ الزَّمَا نِ
Masjid yang mulia memunculkan manusia-manusia.Mereka dihasilkan dari madrasah-madrasaQur'an.Mereka di tempa oleh tangan Nabi SAW.Maka jadilah mereka putih-putih berseri dikening zaman .
(Muhammad Ali Ash Shobuni,Al Muqtathof,hal 87)
Hikmah dan siyasah dakwah untuk menumbuhkan kader akan terus berjalan dan disanalah prospek dakwah itu di masa-masa yang akan datang ,eksis,menyebar dan dan mengalami penerimaan yang cukup.Akan tetapi apabila hal ini di tinggalkan ,dan pada akhirnya tergiur dengan kepentingan kekuasaan ,kedudukan dan kekayaan meski dengan alasan hikmah dan siyasah,yakinlah bahwa api dakwah akan suram dan mundur,kalau tidak akan hancur berantakan .Maka saat ini di tunggu kesediaan kita bersama untuk latihan berkorban  .Pengorbanan ialah tanda keseriusan dan kejujuran,bahkan konon terasa nikmat bila proses kerja didahului kendala dan tantangan yang mesti di jalani dengan pengorbanan .Dan semakin banyak kita berkorban ,semakin besarlah buah yang dihasilkan kemudian.Sasaran dakwah kita kiranya masih menunggu pengorbanan yang lebih besar dari kita saat ini.
-------------------------------------------------------

Senin, 21 Mei 2012

Fiqh Supporter



Fanatisme sepakbola ternyata tidak hanya menjadi penyakit kambuhan tapi juga penyakit parah yang telah menggrogoti generasi muda kita.Beberapa kelompok supporter sepak bola bahkan telah menjadi musuh bebuyutan bagi kelompok yang lain. Indikasi dari fanatisme ini bisa kita lihat di tulisan-tulisan,kaos atau stiker yang mereka buat.Tak jarang,Anda juga bisa mendengar yel-yel fanatisme ini saat pertandingan berlangsung.Beberapa waktu yang lalu  fanatisme kelompok ini kembali memakan korban.Sejumlah remaja meregang nyawa.Kejadiannya justru tidak terjadi di sekitar lapangan atau saat pertandingan sepak bola berlangsung.Ini semakin menguatkan bahwa fanatisme kelompok dalam sepak bola benar-benar telah menjadi penyakit yang menyeramkan.Ianya tak segan-segan mencari korban selanjutnya.
Bagi orang-orang yang jauh (baca:menjauh) dari bimbingan agama,perkara yang sebenarnya sangat positif bisa berubah menjadi sesuatu yang buruk dan mencelakakan.Lihatlah kasus fanatisme dalam sepak bola ini.Dalam Islam,sepak bola atau olah raga secara umum mendapat perhatian khusus karena  semua itu adalah sarana menuju kesehatan,kerjasama dan kekuatan.Terkait dengan ini,Abuya Prof.Dr.As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki telah menulis buku khusus yang berjudul Shilatur riyadloh biddin wadauriha fi tansyi’atisy syabab al muslim .Oleh salah satu pesantren di  Pasuruan buku ini diterjemahkan menjadi “Fiqh Sport”.Dalam salah satu Hadisnya (HR.Bukhori),Rosululloh Saw juga mengingatkan bahwa “Tubuhmu memiliki hak (yang harus dipenuhi)”.Salah satu organisasi Islam terbesar di dunia ini bahkan menjadikan olah raga sebagai salah satu “tirakat” wajib bagi anggota-anggotanya.Rosululloh bersabda:
اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ  - رواه مسلم
Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih Alloh cintai dari pada mukmin yang lemah,(namun) dalam keduanya ada kebaikan   (HR.Imam Muslim)
Mafhumnya olahraga harus dipahami sebagai bagian yang krusial dalam kehidupan seorang muslim tanpa mengabaikan bagian-bagian yang lain.Seorang Muslim tidak akan menilai olah raga sebagai tujuan yang untuk mencapainya ia boleh melakukan hal-hal (sarana) yang dilarang.Sungguh telah datang saat di mana kita harus memberikan  penjelasan kepada anak-anak dan generasi muda kita bahwa olahraga adalah sarana untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang luhur.Seperti kekuatan,kesehatan atau tujuan-tujuan mulia lainnya.Kita jelaskan juga kepada mereka bahwa muslim yang baik tidak hanya seorang olahragawan,tapi juga seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan.Kemenangan yang diraih dalam sebuah pertandingan tidak boleh menyebabkan kesombongan.Begitu juga kekalahan,ianya tidak boleh menimbulkan kebencian.
Dalam Muqaddimahnya, Bapak sosiologi kebanggaan Islam,Abd ar Rahman ibn Muhammad Ibnu Kholdun ,menjelaskan bahwa solidaritas kebangsaan yang kokoh  adalah salah satu faktor penting bagi  terciptanya masyarakat yang kuat.Solidaritas ini akan terwujud apabila perilaku menzalimi,membenci dan menjatuhkan satu sama lain bertukar menjadi saling memberi,saling menghargai,dan saling melindungi (Mukaddimah, iii / 49).Yang berarti bangsa yang saling membenci dan saling menjatuhkan,masyarakat yang tak henti-henti berselisih atau Negara yang rakyatnya tidak kunjung bersatu adalah Negara yang telah menggali lubang kehancuran.Sungguh,sepakbola akan tetap dalam keindahannya apabila fanatisme-fanatisme itu tidak mengotorinya.Olahraga yang tayangannya mendapat rating tertinggi di dunia ini sama sekali tidak membutuhkan pertikaian dan perkelahian dalam pertunjukannya.Sudah saatnya sepakbola kembali kepada fungi asalnya.Yaitu sebagai olah raga yang menyehatkan dan menyenangkan.Biarlah fanatisme kelompok menjadi bagian sejarah jahiliyah yang tak perlu diulang.Ataukan negri ini memang tak pantas menjadi Negara yang kuat karena rakyatnya gemar bertikai dan bermusuhan?
Harus disinggung di sini juga bahwa selain fanatisme supporter yang telah mencederai kerukunan dan persatuan,sepak bola juga tidak jarang menyita waktu yang sebenarnya bukan miliknya.Sebagai sebuah permainan hal itu memang sangat mungkin terjadi walaupun kita tetap tidak bisa membiarkannya.Hukum alam menetapkan bahwa segala sesuatu harus dengan jatahnya masing-masing.Seperti halnya waktu berolahraga tidak boleh digunakan untuk belajar,maka apa komentar anda bila waktu sekolah digunakan untuk tidur,waktu belajar dipakai bermain atau bahkan waktu mengaji justru digunakan untuk bermain sepakbola? Beberapa anak yang main bola di lapangan bahkan  baru pulang saat adzan maghrib berkumandang.Akhirnya waktu untuk sholat berjamaah di masjid atau musholla pun dikorbankan.Demikianlah,Imam Ibnul Qoyyim al Jauziyyah menjelaskan bahwa setan memang tidak selalu menawarkan hal yang haram untuk menjerumuskan manusia.Perkara mubah yang bisa memalingkan seseorang dari perkara yang lebih penting (sunnah atau wajib) juga sering menjadi senjata andalannya.
Dalam bukunya di atas,Abuya Prof.Dr. As Sayyid Muhammad Alawy al Maliky juga menyampaikan keprihatinannya atas perilaku-perilaku negatif yang sering ditunjukkan dalam kancah pertandingan olahraga,khususnya sepak bola.Perilaku-perilaku yang beliau anggap sebagai perbuatan yang bertantangan dengan budi pekerti dalam agama,cita rasa sosial,prestise dan kemanusiaan (Fiqh Sport,129).Tidak berhenti pada keluhan dan keprihatinan,Abuya juga memberikan solusi dan gambaran tentang sportifitas dalam Islam.Untuk menjelaskan hal itu Abuya membuat bab khusus yang berjudul olahraga Dan Pekerti Luhur.Dalam bab itu Abuya menjelaskan bagaimana Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam mengajarkan sportifitas kepada para sahabat-sahabatnya.
Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan (HR.Bukhori) bahwa Rosululloh pernah memiliki seekor Unta ashilah yang sangat bagus dan selalu menang dalam setiap ajang pertandingan.Unta tersebut diberi nama al ‘Adlba’. Namun suatu ketika Unta Rosululloh ini dikalahkan oleh seorang badui (pedalaman).Kekalahan Unta Rosululloh ini tentu saja membuat para sahabat keberatan.
Sikap para sahabat ini tentu sangat manusiawi.Akan tetapi Rosululloh mengajari dan mengarahkan mereka pada apa yang sebaiknya ditanamkan oleh ummat Islam dalam diri mereka,yaitu pekerti yang baik,rendah hati dan cinta.Rosululloh juga mengajarkan bahwa dalam sebuah perlombaan,nilai dan perhatian itu kembali kepada materi yang baik,kemahiran dan kecerdikan,tidak ada kaitannya dengan kenabian,kerosulan,keyakinan dan kehormatan seorang guru,pengarah,ketua atau pelatih.
Selanjutnya, Abuya Rohimahulloh menjelaskan: “Kesimpulan dari cerita di atas adalah,bahwa kejadian itu menggambarkan sikap sahabat yang tidak mau menerima kenyataan karena menjaga citra Unta Rosululloh saw,akan tetapi Rosululloh saw sendiri ingin meng-clear-kan masalah ini dan mengajarkan kepada mereka,bahwa perlombaan itu tidak akan lepas dari menang dan kalah,sedangkan kemenangan dalam perlombaan itu bertumpu pada kemahiran dan kelihaian,bukan pada postur tubuh dan kecintaan.Dalam hal ini,tiada pembeda antara penguasa dan rakyat jelata,antara yang kecil dan yang besar”. (Fiqh Sport,129).

Minggu, 20 Mei 2012

Jenjang Perjuangan



Bismillahirrahmanirrahim
                Dalam berdoa memang afdholnya memakai Alfaadz Nabawiyah, namun mengingat tingkat hajat yang kompleks, maka diperbolehkan memakai lafadz doa apa pun sesuai dengan hajatnya. Alloh Ta’ala Berfirman :

اُدْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Berdoalah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan kabulkan untuk kalian (QS. Al-Ghofir : 60)

Sahabat Ala’ bin Al Hadramy minta kepada Alloh Ta’ala bisa menguasai negeri Bahrain, minta diberi air dan berwudhlu tatkalan tiada air, minta bisa berjalan di atas lautan, dan minta tidak ditampakkan mayatnya, dengan membaca doa yang bukan Alfaadz Nabawiyah, ternyata permintaannya dikabulkan. Doanya berbunyi :
يَا عَلِيْمُ يَا حَلِيْمُ يَا عَلِيُّ يَا عَظِيْمُ
“Wahai Dzat Yang Maha Ilmu, Wahai Dzat Yang Maha Santun, Wahai Dzat Yang Maha Luhur, Wahai Dzat Yang Maha Agung”

                                Secara tersirat, doa jami’ yang bernuansa Asma’ul Husna ini juga meggambarkan secara global bagaimana jenjang (tahapan) perjuangan Islam yang mesti dilalui Jama’ah Dakwah dalam kaitannya dengan Izzul Islam wal Muslimin.

Jenjang Pertama
                                Dari lafadz “Ya Alimu”  tersirat bahwa fundamen pertama adalah ilmu. Oleh karena itu anggota jama’ah dakwah dituntut memenuhi fundamen pertama ini. Dengan demikian upaya memacu ilmu melalui tatsqif bagaimanapun mesti dilakukan secara konsisten demi menyambut peran berikutnya.

Jenjang Kedua
                                Bersama memacu ilmu, ada kewajiban mengamalkannya. Peran sebagai bentuk mengamalkan ilmu adalah berdakwah merupakan peran khusus orang yang berilmu. Sementara dalam amanah mengamalkan ilmu mesti berjumpa tantangan dan hambatan yang menuntut dihadapi secara tabah dan sabar. Disiniah Jama’ah Dakwah harus memiliki sifat hilm (santun) sepert ditunjukkan oleh lafadz Halimu.
Lantaran sifat hilm, Rasululloh memberikan pujian kepada sahabat Al-Asyaj Abdil Qais bin ‘Aid dalam sabdanya :
اِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا الله،ْ الْحِلْمُ وَالْأُنَاةْ   -  رواه مسلم
“Sesungguhnya dalam dirimu ada dua perangai yang dicintai Alloh, yaitu Hilm dan sabar.” (HR. Muslim)

                                Salah satu manifestasi dari sifat hilm adalah terbuka dalam mengamalkan ilmu, sementara saat ini tumbuh arah eksklusifisme ilmu yang berbahaya. Akan berbahayanya sikap eksklusifisme ini, khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata :
اِنَّ اْلعِلْمَ لَايَهْلِكُ اِلَّا اِذَا كَانَ سِرَّا
“Sesungguhnya ilmu tidak bersifat merusak kecuali ilmu yang dirahasiakan” (Riyadus Sholihin)

Jenjang Ketiga
                                Seperti ditunjukkan oleh lafadz Ya Aliyyu, maka sesuai dengan kedudukan Islam yang luhur. Jama’ah dakwah mesti mempunyai program-pogram Dakwah yang luhur pula. Program luhur artinya program yang bagus dan rapi yang ditunjang dengan keseriusan dan optimisme.
                                Pada dasarnya dibalik menjalankan setiap ajaran Islam pasti ada keluhuran, sekalipun ajaran terlihat remeh, karena Islam itu luhur dan tidak ada yang lebih luhur daripadanya. Oleh karena itu Khalifah Umar bin Khottob ketika melihat Abu Ubaidah terkesan meremehkan Islam, beliau berkata :

يَا اَبَا عُبَيْدَةْ اِنَّكُمْ كُنْتُمْ اَذَلَّ وَاَحْقَرَ النَّاسِ فَأَعَزَّكُمُ اللهُ بِالْاِسْلَامْ فَمَهْمَا تَطْلُبُ الْعِزَّ بِغِيْرِهِ يُذِ لُّكُمُ اللهُ
“Wahai Abu Ubaidah ! Sesungguhnya kamu dulu termasuk orang yang paling terbelakang dan terhina, lalu Alloh memuliakanmu dengan Islam. Oleh karena itu manakala kamu mencari kemuliaan dengan selain islam maka Alloh akan kembali merendahkan kamu.”

Jenjang Keempat
                                Bila ketiga jenjang diatas telah tercapai secara optimal, maka Insyaalloh secara otomatis akan tercapai cita-cita keagungan (keberhasilan) Dakwah Islam, sebagaimana ditunjukkan lafadz “Ya Adzim” , berkat fadlullah setelah ada kerja keras akhdzul asbaab di atas.
                                Oleh karena bagusnya makna doa sahabat Al Alaa’ Al Hadramy tersebut maka adalah layak bagi setiap Anggota Jama’ah Dakwah untuk mengiltizaminya, sekaligus mengamalkan makna tersiratnya.

Wa Allohu A’lamu Bis Showab

Sabtu, 19 Mei 2012

Memahami Gerakan dakwah Kita


بسم الله الرحمن الرحيم
Taushiah Vol XII Edisi 136
Ahad 07 Nofember 2010/30 Dzul Qa’dah 1431

دَعْوَتُـنَا بِحَرَكَتِهَا كَيْ تُفْهَمَ

مِنَ الْمَعْلُوْمِ  أَنَّ الدَّعْوَةَ  إِلَى الْخَيْرِ  فِى مَفْهُوْمِنَا انْطِلاَقًا مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى [وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُوْنَ إِلَى الْخَيْرِ...الأية] آل عمران:104.
أوّلا: بِمَعْنَى الدَّعْـوَةِ إِلَى اْلإِسْلاَمِ لِغَيْرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَنَّ الرَّابِطَةَ الَّتِي تَرْبِطُنَا بِهِمْ هِيَ رَابِطَةُ الدَّعْـوَةِ إِلَى اْلإِسْلاَمِ كَوَاجِبٍ إِسْلاَمِيٍّ  بِوَسَائِلِ الدَّعْوَةِ  الْمُقَرَّرَةِ  شَرْعًا فِى الْجِهَادِ  لِتَحْرِيْرِ الْعَالَمِ كُلِّهِ مِنَ الْكُفْرِ  وَالْفُسُوْقِ  وَالْعِصْيَانِ  وَلِئَلاَّ تَكُوْنَ فِتْـنَةٌ فِى اْلأَرْضِ  الْمَوْرُوْثَةِ  عَلَيْـنَا .
وَلاَ يُمْكِنُ الْخَلْطُ  بَيْنَ هَذَا الْمَعْنَى  وَالْمَعْنَى الثَّانِي لِهَذِهِ اْلآيَةِ  كَالتَّالِى ِلأَنَّ الْخَلْطَ يُصِيْبُ الْحَرَكَةَ فِى مَقْتَلٍ وَيَفْتَحُ بَابًا وَاسِعًا لِلْخِلاَفِ وَاْلإِخْتِلاَفِ  وَيَجْعَلُ الْحَرَكَةَ  غَامِضَةً لَدَى النَّاسِ وَيُبَرِّرُ لِلْمُتَرَبِّصِيْنَ بِهَا اتِّهَامَهَا بِشَتَّى اْلإِتِّهَامَاتِ .

ثانيا : بِمَعْنَى إِيْصَالِ الْخَيْرِ  إِلَى إِخْوَانِنَا الْمُسْلِمِيْنَ  حَالَ كَوْنِهِمْ فِى هَزِيْمَةٍ حَضَارِيَّةٍ وَتَفَكُّكٍ وَسَلْبِـيَّةٍ وَتَجْزِئَةٍ  وَاخْتِرَاقٍ سِيَاسِيٍّ  وَاقْتِصَادِيٍّ  وَاجْتِمَاعِيٍّ بِإِنْقَاذِهِمْ مِنَ الْغُـثَائِيَّةِ وَإِيْقَاظِ هِمَمِهِمْ وَإِنْهَاضِهِمْ إِلَى مَا فِيْهِ خَيْرُهُمْ وَصَلاَحُهُمْ  وَمُوَاجَهَتِهِمْ التَّحَدِّيَاتِ وَتَخَلِّيْهِمْ عَنِ السَّلَبِـيَّاتِ وَأَنَّ الرَّابِطَةَ الَّتِى تَرْبِطُـنَا بِهِمْ هِيَ رَابِطَةُ الْعَقِيْدَةِ الَّتِى هِيَ أَقْدَسُ عِنْدَنا مِنْ رَابِطَةِ الدَّمِ وَاْلأَرْضِ . وَهُمُ الَّذِيْنَ نَحْنُ إِلَيْهِمْ وَنَعْمَلُ فِى سَبِيْـلِهِمْ وَنَذُوْدُ عَنْ حِمَاهُمْ وَنَفْتَدِيْهِمْ بِالنَّفْسِ وَالْمَالِ وَأَنَّهُمْ شَدِيْدُوا اْلإِجَابَةِ لِمَنْ يَدْعُوْهُمْ  إِلَى الْعَمَلِ لِنَهْضَةِ اْلإِسْلاَمِ وَأَنَّ كُلَّ مَنْ نَطَقَ بِالشَّهَادَتَيْنِ فَهُوَ مُسْلِمٌ بِشَرْطِ أَنْ لاَ يَقُوْلَ كَلِمَةَ الْكُفْرِ أَوْ يُنْكِرَ مَعْلُوْمًا مِنَ الدِّيْنِ بِالضَّرُوْرَةِ أَوْ يُكَذِّبَ صَرِيْحَ الْقُرْآنِ أَوْ يُفَسِّرَهُ عَلَى وَجْهٍ لاَ تَحْتَمِلُهُ أَسَالِيْبُ اللُّغَةِ الْعَرَبِيَّةِ بِحَالٍ أَوْ عَمِلَ عَمَلاً لاَ يَحْتَمِلُ تَأْوِيْلاً غَيْرَ الْكُفْرِ وَأَنَّهُ يَجِبُ أَنْ لاَ نَتَّهِمَ أَحَدًا أَقَرَّ بِالشَّهَادَتَيْنِ وَعَمِلَ بِمُقْتَضَاهُمَا بِالْكُفْرِ أَوْ أَنْ نَصِفَهُ بِهِ ِلأَنَّ اْلإِسْلاَمَ مَازَالَ بِخَيْرٍ حَيًّا فِى نُفُوْسِهِمْ وَأَنَّ عَلَى الْحَرَكَةِ تَحْوِيْلَ تِلْكَ الْعَاطِفَةِ إِلَى عَمَلٍ إِسْلاَمِيٍّ وَأَنَّ حَرَكَتَـنَا مُجَرَّدُ طَلِيْعَةٍ لِلأُمَّةِ لِحَاجَتِهِمِ الْمَاسَّةِ إِلَى اْلإِنْقَاذِ وَاْلإِيْقَاظِ وَاْلإِنْهَاضِ وَمُوَاجَهَةِ التَّحَدِّيَاتِ وَالتَّخَلِّى عَنِ السَّلْبِـيَّاتِ وَلاَ تَتَصَوَّرُ نَفْسَهَا هِيَ وَحْدَهَا عَلَى الصَّوَابِ وَغَيْرُهَا عَلَى الْخَطَأِ , وَهِيَ مَعَ الْحَقِّ أَيْنَمَا كَانَ  تُحِبُّ اْلإِتِّحَادَ وَاْلإِتِّفَاقَ وَتَكْرَهُ الشُّذُوْذَ .

وَإِنَّ أَعْظَمَ مَا بُلِيَ بِهِ الْمُسْلِمُوْنَ الْفُرْقَةُ وَالشِّقَاقُ وَأَسَاسُ مَا انْتَصَرُوْا بِهِ الْوِحْدَةُ وَالْحُبُّ وَالْوِدَادُ وَلَنْ يَصْلُحَ آخِرُ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا . هَذِهِ هِيَ فِكْرَةٌ أَسَاسِيَّةٌ وَهَدَفٌ مَعْلُوْمٌ لِكُلِّ مِنَّا وَعَقِيْدَةٌ رَاسِخَةٌ فِى نُفُوْسِـنَا لِنَـتَّجِهَ وَنَدْعُوَ إِلَيْهَا . وَنَحْنُ مَعَ هَذَا نَعْتَقِدُ أَنَّ الْخِلاَفَ فِى فُرُوْعِ الدِّيْنِ  أَمْرٌ لاَ بُدَّ مِنْهُ ضَرُوْرَةً وَلاَ يُمْكِنُ أَنْ نَتَّحِدَ فِى هَذِهِ الْفُرُوْعِ لِعِدَّةِ أَسْبَابٍ مِنْهَا:

1) اخْتِلاَفُ الْعُقُوْلِ فِى قُوَّةِ اْلإِسْتِنْبَاطِ أَوْ ضُعْفِهُ وَإِدْرَاكُ الدَّلاَئِلِ وَالْجَهْلُ بِهَا
2) الْوُقُوْفُ عَلَى أَعْمَاقِ الْمَعَانِي وَارْتِبَاطِ الْحَقَائِقِ بَعْضَهَا بِبَعْضٍ
3) سَعَةُ الْعِلْمِ وَضِيْقُهُ
4) أَنَّ هَذَا بَلَغَـهُ مَا لَمْ يَبْلُغْ ذَاكَ وَاْلآخَرُ شَأنُهُ كَذلِكَ
5) اخْتِلاَفُ الْبِيْئَاتِ حَتَّى أَنَّ التَّطْبِيْقَ لَيَخْتَلِفُ بِاخْتِلاَفِ كُلِّ بِيْئَةٍ
6) اخْتِلاَفُ اْلإِطْمِئْنَانِ الْقَلْبِيِّ إِلَى الرِّوَايَةِ الْمُسْتَلَمَةِ
7) اخْتِلاَفُ تَقْدِيْرِ الدَّلاَلاَتِ ...وَهَكَذَا

وَالدِّيْنُ آيَاتٌ وَأَحَادِيْثُ وَنُصُوْصٌ يُفَسِّرُهَا الْعَقْلُ وَالرَّأْيُ فِى حُدُوْدِ اللُّغَةِ  وَقَوَانِيْنُهَا وَالنَّاسُ فِى ذَلِكَ مُتَفَاوِتُوْنَ فَلاَ بُدَّ مِنْ خِلاَفٍ . كُلُّ هَذَا جَعَلَـنَا نَعْتَقِدُ أَنَّ اْلإِتِّفَاقَ عَلَى أَمْرٍ وَاحِدٍ فِى فُرُوْعِ الدِّيْنِ مَطْلَبٌ مُسْتَحِيْلٌ بَلْ هُوَ يَتَنَافَى مَعَ طَبِيْعَةِ الدِّيْنِ .

وَإِذَا كَانَ الْخِلاَفُ قَدْ وَقَعَ فِى أَشْهَرِ الْمَسَائِلِ الْفَرْعِيَّةِ وَأَوْضَحِهَا كَاْلآذَانِ الَّذِى يُنَادَى بِهِ خَمْسَ مَرَّاتٍ فِى الْيَوْمِ الْوَاحِدِ وَوَرَدَتْ بِهِ النُّصُوْصُ وَاْلآثَارُ فَمَا بَالُكَ فِى دَقَائِقِ الْمَسَائِلِ الَّتِى مَرْجَعُهَا إِلَى الرَّأْيِ وَاْلإِسْتِنْبَاطِ وَإِنَّمَا يُرِيْدُ الله تَعَالَى لِهَذَا الدِّيْنِ أَنْ يَبْقَى وَيَخْلَدَ وَيُسَايِرَ الْعُصُوْرَ وَيُمَاشِيَ اْلأَزْمَانَ وَهُوَ لِهَذَا سَهْلٌ مَرِنٌ هَيِّنٌ لَيِّنٌ لاَ جُمُوْدَ  فِيْهِ وَلاَ تَشْدِيْدَ , نَعْتَقِدُ هَذَا وَنَلْتَمِسُ الْعُذْرَ كُلَّ الْعُذْرِ لِمَنْ يُخَالِفُوْنَنَا  فِى بَعْضِ الْفَرْعِيَّاتِ وَنَرَى أَنَّ هَذَا الْخِلاَفَ لاَ يَكُوْنُ أَبَدًا حَائِلاً دُوْنَ ارْتِبَاطِ الْقُلُوْبِ وَتَبَادُلِ الْحُبِّ وَالتَّعَاوُنِ عَلَى الْخَيْرِ مَعَ فَرَحِنَا وَسُرُوْرِنَا  بِكُلِّ مَنْ يَأْخُذُ إِلَى الْعَمَلِ الصَّحِيْحِ ِلأَجْلِ نَهْضَةِ اْلإِسْلاَمِ عَامَّةً وَإِنْدُوْنِسِيَّا خَاصَّةً وَمِنْ هُنَا لاَ مَانِعَ أَنْ نَتَشَارَكَ مَعَ أَيَّةِ حَرَكَةٍ إِيْجَابِيَّةٍ  ِلأَجْلِ ذَلِكَ وَأَنَّهُ لَيَسُـرُّنَا أَنْ يُوَفِّقَ الله تَعَالَى كُلَّ عَامِلٍ إِلَى الْخَيْرِ وَلِلْخَيْرِ وَأَنَّ مَيْدَانَ الدَّعْوَةِ مُتَّسِعًا لِلْجَمِيْعِ وَلِكُلٍّ قِسْمَتُهُ .

=والله يتولى الجميع برعايته=
      
Dakwah Kita dengan  Gerakannya Agar difahami

Seperti dimaklumi bahwa dakwah kepada kebaikan dalam pemahaman kita berlandaskan pada firman Allah: “dan hendaklah ada dari kalian (sebagian) kelompok yang menyeru kepada kebaikan...QS Ali Imran:104.
Pertama; dalam arti mendakwahkan Islam kepada non muslim dan sesungguhnya ikatan yang mengikat kita dengan mereka adalah ikatan Dakwah kepada Islam sebagai sebuah kewajiban islam dengan berbagai sarana dakwah yang telah ditetapkan secara syara’ demi ber-jihad untuk membebaskan seluruh alam dari kekafiran, kefasikan, kemaksiatan dan agar tidak terjadi fitnah di atas bumi yang diwariskan kepada kita.
Arti yang pertama ini tidak bisa dicampur adukkan dengan arti kedua ayat tersebut (seperti berikut ini) karena tindakan mencampur adukkan ini justru menggiring sebuah gerakan (dakwah) menuju terbunuh sendiri, akan membuka luas pintu silang pendapat (khilaf) dan perselisihan (ihkhtilaf), menjadikan gerakan (dakwah) dinilai tidak jelas artinya bagi khalayak ramai serta memberikan ruang bebas kepada pihak-pihak yang ingin mengambil kesempatan untuk melemparkan berbagai macam tuduhan.

Kedua; dalam arti menyampaikan (mentransformasikan) kebaikan kepada saudara-saudara kita kaum muslimin sendiri ketika mereka sedang dalam kondisi kemunduran budaya, terpecah-belah, (terjebak dalam) kenegatifan, tercerai berai dan tercabik-cabik secara politik, ekonomi dan sosial dengan cara menyelamatkan mereka dari keberadaan mereka yang ibarat buih, membangkitkan semangat mereka, mendorong mereka kepada segala hal yang baik dan bermanfaat bagi mereka, (dan memfokuskan mereka dalam) menghadapi tantangan-tantangan serta menjauhkan mereka dari hal-hal negatif. Dan sesungguhnya ikatan yang mengikat kita dengan mereka adalah ikatan aqidah yang kita yakini lebih suci daripada ikatan tanah dan tumpah darah.
Merekalah pihak tujuan kita. Kita beramal di jalan mereka. Kita membela kehormatan mereka. Dan kita menebus mereka dengan jiwa dan harta benda. Sungguh mereka begitu kuat merespon orang yang menyeru agar mereka beramal demi kebangkitan islam. Dan sesungguhnya semua orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat adalah muslim dengan syarat ia tidak mengucapkan kalimat kekafiran, tidak mengingkari hal yang secara pasti dimaklumi sebagai bagian dari agama, tidak mendustakan hal yang jelas-jelas ditegaskan Alqur’an atau tidak menafsirkannya dengan cara yang sama sekali tidak sesuai dengan uslub-uslub bahasa arab atau ia tidak melakukan suatu perbuatan yang tidak memiliki kemungkinan lain selain perbuatan kekafiran.
Dan sesungguhnya wajib bagi kita untuk tidak menuduh atau menyebut kafir siapapun yang telah berikrar dengan dua syahadat sekaligus juga menjalankan tuntutannya. Karena islam selalu baik dan hidup dalam relung jiwa mereka.
Sesungguhnya kewajiban gerakan (dakwah) adalah hanya memindahkan perasaan tersebut ke dalam (bentuk nyata berupa) tindakan yang islami dan (tentunya) gerakan kita ini hanyalah sekedar pemandu bagi umat demi kebutuhan mendesak mereka akan penyelamatan, motivasi dan dorongan untuk menghadapi sekian banyak tantangan dan menjauhi segala bentuk hal negatif. Karena itulah gerakan dakwah tidak seharusnya merasa benar sendiri dan bahwa selain mereka salah.Gerakan dakwah kita semestinya selalu bersama kebenaran di manapun berada. Ia mencintai persatuan dan kerukunan serta membenci hal-hal yang menyimpang/nyelneh.

Sungguh ujian terbesar kaum muslimin adalah perselisihan dan perpecahan. Sementara asas untuk mereka meraih kemenangan adalah persatuan, cinta dan kasih sayang. Generasi akhir umat ini tidak akan pernah menjadi baik kecuali dengan sesuatu yang menjadikan baik generasi umat terdahulu.
Inilah pemikiran dasar, keyakinan yang tertanam dalam jiwa dan tujuan yang dimaklumi oleh kita semua agar kita berfokus ke sana sekaligus menyerukannya.

Selain ini semua kita juga meyakini bahwa perbedaan dalam masalah cabang-cabang agama adalah hal yang pasti dan tidak bisa ditawar. Tidak mungkin kita bersatu dalam cabang-cabang ini karena beberapa sebab yang di antaranya:

1)    perbedaan akal dalam kekuatan atau kelemahan menggali hukum (istinbath) dan memahami dalil-dalil atau tidak mengetahuinya
2)    pemahaman akan kedalaman makna-makna dan hubungan hakikat-hakikat satu dengan yang lainnya
3)    keluasan dan kedangkalan ilmu
4)    sesungguhnya figur ini mendapatkan informasi yang tidak didapatkan oleh figur lain. Dan begitu pula sebaliknya.
5)    perbedaan lingkungan sehingga praktekpun berbeda disebabkan perbedaan masing-masing lingkungan.
6)    perbedaan kemantapan hati dalam menerima riwayat yang ada
7)    perbedaan menafsirkan petunjuk-petunjuk dalil. Dll

Sedangkan agama adalah ayat-ayat Alqur’an, hadits-hadits dan nash-nash yang ditafsirkan oleh akal dan pendapat dalam standart bahasa arab dan kaidah-kaidahnya. Sementara sudah pasti dan disepakati bahwa dalam hal ini manusia memiliki kemampuan yang tidak sama.
Semua ini menjadikan kita meyakini bahwa sepakat akan satu hal dalam cabang-cabang agama adalah keinginan yang mustahil terwujud dan bahkan bertentangan dengan karakter agama itu sendiri.
Jika dalam masalah-masalah cabang yang paling jelas nashnya seperti Adzan yang dikumandangkan lima kali dalam sehari saja masih terjadi perbedaan maka bagaimanakah menurut anda dalam masalah-masalah kecil/sepeleh yang hanya berdasar pada pendapat dan istinbath?

Sungguh Allah berkehendak agar agama ini tetap abadi, langgeng, bisa berjalan mengikuti perkembangan serta selaras dengan zaman. Jadi untuk tujuan ini, agama islam menjadi agama yang mudah, fleksibel, gampang dan lunak serta sama sekali tidak kaku dan tidak keras. Kita harus meyakini ini semua dan dengan sendirinya menerima semua alasan orang-orang yang berbeda dengan kita dalam masalah furu’. Kita juga perlu melihat bahwa perbedaan ini selamanya tidak boleh dijadikan penghalang bagi pertautan hati, saling memberi cinta dan saling tolong menolong dalam kebaikan diiringi rasa senang dan gembira akan setiap pihak yang berbuat baik demi kebangkitan islam di dunia secara umum, dan  di Indonesia secara khusus.
Atas dasar inilah tidak ada halangan apapun bagi kita untuk ikut serta dengan gerakan positif manapun demi tujuan tersebut.
Dan sungguh kita bergembira atas pertolongan Allah kepada seluruh pelaku kebaikan dan demi kebaikan dan sesungguhnya lapangan dakwah begitu luas terpampang bagi siapapun di mana masing-masing mendapatkan bagiannya.